Tuesday, 20 January 2015

untuk suamiku...



Semenjak Allah menunjukkan kamu untukku
Semenjak itu pula aku yakin untuk menikah denganmu
Tiga tahun yang lalu…
Aku resmi menjadi istri bagimu
Kita lalui hari demi hari sebagai pasangan suami istri
Hingga hadirlah Asllan yang mengubah kita menjadi ayah dan bunda untuknya
Mungkin tiga tahun adalah waktu yang masih sebentar
Namun banyak hal yang telah kita lalui bersama
Tahukah yah…
Aku bahagia menjadi istrimu
Aku bahagia menjadi bunda bagi anakmu
Dengan semua kekuranganmu
Aku lebih mencintai kelebihanmu
Semoga kita semakin bijak dalam menjalani suratan-Nya
Semoga kita semakin tangguh menjadi orangtua bagi titipan-Nya
Semoga kita bisa bersatu dunia akhirat selamanya…Aminnn…
Luv u yah…miss u yah…need u yah…

Monday, 19 January 2015

Kehadiran Ayah Membentuk Kepribadian Anak

saya tulis kembali (Sumber : Kedaulatan Rakyat, 18 Januari 2015, halaman 6, Ati/Aje/Ria)

‘Ayah yang ikut membantu ibu mengasuh, menjaga dan membesarkan anak, terbukti memiliki pengaruh kuat atas prestasi sekolah anak. Ternyata kehadiran ayah, menentukan pula perkembangan kepribadian dan watak anak. Khususnya dalam lingkungan social’
Hal ini dikatakan Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si, psikolog senior yang juga staf Pengajar Bagian Psikologi Perkembangan pada Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Mayke juga dikenal memiliki keahlian khusus sebagai play therapist untuk anak.
“emosi bayi yang dekat dengan ayah, cenderung stabil. Bahkan, malah lebih percaya diri saat bayi itu tumbuh dewasa. Anak yang dekat dengan ayahnya, juga menjadi lebih bersemangat mengeksplorasi potensi dirinya di dalam merealisasikan ide maupun impian mereka”, kata Mayke.
Hal ini terlihat pula dalam lingkungan pergaulan, anak yang dekat dengan ayah cenderung lebih mudah bersosialisasi dan punya banyak teman, karena dia dianggap menyenangkan.
Kedekatan dengan ayah, memang terbukti bisa mendongkrak kecerdasan dan kesuksesan anak pada masa depan.
Berdasarkan pengamatannya, pada usia sekolah, pelajar yang ayahnya terlibat dalam pengasuhannya, memiliki prestasi yang lebih baik dan juga kepercayaan yang lebih tinggi.
Selama ini, ayah dan ibu memiliki perannya masing – masing dalam perkembangan anak – anaknya. “ seorang ayah cenderung lebih menyemangati dalam berkompetisi, kemandirian, dan prestasi. Sedangkan ibu lebih cenderung pada keadilan, kerja sama, dan keamanan.
Seorang ayah cenderung lebih dapat menjadi teman bermain bagi anak – anaknya daripada ibu. Dari interaksi ini anak akan belajar banyak dari ayah mereka.
Penelitian membuktikan bahwa keterlibatan ayah dalam kehidupan perkembangan anak laki – laki menghasilkan kesuksesan dalam persahabatan dan prestasi akademis anak.
Sedangkan bagi anak perempuan, membuat anak cenderung tidak longgar dalam aktivitas seksual dan lebih bisa membangun hubungan yang sehat ketika dewasa.
Perbedaan cara pengasuhan ayah dan ibu saat kecil, juga menimbulkan efek yang berbeda pada anak – anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
“anak di usia lima bulan yang memiliki hubungan positif dengan ayah, membuat ia lebih nyaman dan lebih sedikit menangis ketika berada di antara orang dewasa yang asing baginya, dibanding anak yang tidak memiliki hubungan positif dengan sang ayah”, kata Mayke.
Gaya pengasuhan ayah yang cenderung lebih pada permainan fisik, seperti mengayun – ayun, mengangkat dan menggelitik, menghasilkan roller coaster emosi yang menolong anak mempelajari emosi – emosi takut dan senang serta memperhatikan reaksi sang ayah ketika mengungkapkan perasaanya melalui jeritan dan tawanya.
Anak juga belajar, bagaimana menenangkan kembali emosinya di saat permainan tersebut selesai. Selain itu juga terungkap, anak – anak yang memiliki hubungan positif dan menyenangkan dengan sang ayah, cenderung lebih popular dibandingkan anak – anak yang tidak memiliki hubungan tersebut.
Ayah bisa juga menjadi teman, misalnya mengajak anak menyenangi membaca buku dengan menciptakan ritual membaca yang menyenangkan. Ikuti selera anak saat membeli buku atau terlibat dalam aktivitasnya, seperti berenang, mengunjungi kebun binatang atau bermain bersama.
Begitulah ayah, kehadirannya ikut membentuk kepribadian anak, melalui perannya maupun aktivitasnya yang sangat berkesan di hati anaknya.


Monday, 5 January 2015

2015



Hemm…tidak terasa kita sudah memasuki tahun 2015. Tahun baru memang identik dengan resolusi. Sebenarnya seberapa penting sih resolusi tersebut? Atau hanya untuk sebuah gaya biar tidak dibilang ketinggalan jaman? Semua kembali kepada pribadi masing – masing ya…tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar selama kita bertanggung jawab atas pilihan tersebut.
Jujur saja, resolusi bagi saya mulai terasa penting akhir – akhir ini. Lho, kenapa baru akhir – akhir ini saja terasa penting? Karena selama ini saya menjalani hidup ya seperti air mengalir saja… Namun semua berubah semenjak saya juga berubah status menjadi seorang istri sekaligus seorang ibu. Ya jelaslah, sekarang kan sudah tidak bisa hanya memikirkan diri sendiri saja. Ada sebuah keluarga kecil yang harus dijadikan prioritas dalam membuat sebuah keputusan apapun itu.
Nah, saat seperti itulah yang membuat saya menjadi berfikir bahwa sebuah resolusi itu penting. Dimana saat kita membuat resolusi pastinya ada sebuah harapan yang menyertainya. Harapan untuk menjadi lebih baik dalam semua hal. Harapan bahwa semua kegagalan maupun kesalahan yang sudah terjadi tidak akan terulang lagi. Dan penanda itu biasanya dimulai pada tahun baru. Dengan harapan selama satu tahun ke depan kita bisa mencapai semua harapan yang telah kita rencanakan sebelumnya. Jadi dalam menjalani hidup sehari – hari ada tujuan atau target yang menjadi semangat bagi kita.
Untuk semua pembaca setia blog, saya ucapkan selamat tahun baru 2015 semoga kita bisa menjadi pribadi lebih baik lagi…….



(foto by: dpbbmterbaru.com)