Siapa sih yang gak kenal dengan
Telaga Sarangan? Salah satu objek wisata legendaris di Kabupaten Magetan. Namun,
tahukah kalian bahwa ada sebuah air terjun cantik yang bersembunyi dibalik
ketenaran Telaga Sarangan? Namanya Air Terjun Ngadiloyo atau dikenal juga dengab Air Terjun Tirta Sari.
Loket dan gerbang masuk air terjun
Ngadiloyo berada di belakang patung pesawat yang ada di sekitar Telaga
Sarangan. Hanya dengan membayar Rp.7.000,-/orang kita bisa menikmati air terjun
Ngadiloyo tentu saja dengan semua usaha yang harus dikerahkan. Harga tiket
tersebut terdiri dari kawasan wisata air terjun seharga Rp. 5.000,-/org, jalan
masuk air terjun dan jalan kawasan Ngluweng masing-masing sebesar Rp.
1.000,-/org.
Dari gerbang loket, semua kendaraan
baik roda dua maupun roda empat masih bisa masuk hingga kurang lebih sejauh 500
meter dengan jalan yang naik turun dan berkelok – kelok tajam. Setelah 500
meter, sampailah kita di lokasi penitipan kendaraan yang sudah disiapkan oleh
warga setempat. Sepeda motor yang dititipkan dibandrol dengan harga Rp.
3.000,-.
Nah, selepas dari tempat penitipan
kendaraan mulailah petualangan dimulai dengan berjalan kaki. Awalnya medan yang
harus dilalui bisa dibilang mudah. Jalan setapak yang sudah kokoh, landai dan
terdapat dua lokasi toilet dan musholla yang bisa digunakan untuk istirahat
sejenak. Dengan berjalan santai dan bercerita ringan, kita bisa menikmati sejuknya
udara dan lahan pertanian warga sekitar.
Hingga kurang lebih sekitar 500
meter berjalan, sampailah kita di Bendungan Ngluweng. Asllan mengira itu adalah
lokasi air terjunnya. Namun, setelah bertanya kepada penduduk sekitar yang
kebetulan berpapasan, dijelaskan bahwa lokasi air terjun masih sekitar 500
meter lagi dengan jalan yang sangat terjal. Mendengar penjelasan itu, kami
langsung memberi semangat kepada Asllan untuk tetap melanjutkan perjalanan.
Benar saja, selepas dari Bendungan
Ngluweng, jalan yang harus dilalui sangat terjal. Kami tidak memaksakan diri
untuk berjalan cepat. Kami justru bercanda dan main tebak – tebakan siapa yang
akan tertinggal. Hehehehe… tentu saja saya yang tertinggal dibandingkan Asllan
dan ayahnya.
Tapi eh tapi…. Baru 100 meter setelah
tanjakan pertama, Asllan sudah minta istirahat. Sedangkan saya tetap berjalan
pelan dan pasti hingga bisa mendahului Asllan dan ayahnya. Hehehehe… Bunda bisa
mengalahkan mereka. Kejadian itu melejitkan semangat bagi Asllan karena dia
tidak mau kalah dari bundanya.
Saya sampaikan padanya, bahwa jalan
menanjak itu membutuhkan tenaga lebih, sehingga tidak perlu berlomba. Lebih baik
jalan pelan sambil mengatur nafas agar tetap teratur dan tidak terengah-engah. Istirahat
sesaat boleh saja, sambil menikmati pemandangan dan berfoto tentu saja.
Dengan semua cerita perjalanan kami
yang mana antara saya, Asllan dan ayahnya silih berganti istirahat demi
mencapai air terjun, akhirnya sampailah kami di Air Terjun Ngadiloyo. Suhu yang
dingin menjadikan air di air terjun ini semakin dingin. Setelah puas berfoto,
kami mengisi perut untuk tenaga perjalanan pulang dengan sate ayam dan sate
kelinci serta teh panas.
Hemmmm, ternyata perjuangan untuk
mencapai air terjun Ngadiloyo sungguh sebanding dengan keindahan yang
dipancarkan dari Air terjun setinggi 50 meter ini. Menjadikannya salah satu
sisi lain dari Telaga Sarangan yang patut dikunjungi.