Sebagai warga Yogyakarta saya
penasaran mengenai cokelat yang satu ini. Sebelum menikah saya pernah mencoba
cokelat yang pada saat itu saya peroleh di toko Mirota Batik Malioboro. Hemm,
cokelat yang enak dan eksklusif bagi saya. Eksklusif karena memang hanya
ditemukan di toko tertentu saja.
Kini, saya baru mengetahui bahwa
cokelat tersebut diproduksi di Yogyakarta. Yaelah,
kemana aja saya sampai tidak
mengetahui hal ini?
Cokelat Monggo, nama cokelat yang
dari tadi saya ceritakan. Diproduksi di Purbayan, Kotagede. Tepatnya di Jl.
Dalem KG III/978, RT.043/RW.10 Kotagede Yogyakarta. Lokasi yang dekat dari
rumah uti di Tamansiswa. Sungguh besar keinginan saya untuk mengunjungi rumah
produksinya ketika libur akhir tahun ini.
Jika menggunakan kendaraan
pribadi akan lebih mudah mencapainya. Lokasi ini terletak di Selatan Pasar
Kotagede dan Makam raja mataram. Nantinya ada petunjuk jalan menuju arah
Cokelat Monggo. Jika menggunakan kendaraan umum bisa menggunakan taksi atau
becak. Bisa juga menggunakan bus trans Jogja jalur 2A atau 2B namun hanya
sampai di timur Tom Silver (perusahaan perak). Perjalanan harus dilanjutkan
menggunakan becak/ojek/andong.
Senin, 26 Desember 2016 saya
mengunjungi Cokelat Monggo. Kesan asri dan ‘Jogja banget’ sangat terasa begitu
memasuki area parkir. Sambutan ‘monggo’ kami terima dari salah seorang
pramuniaga toko sambil mengacungkan ibu jarinya. Masuk ke dalam toko langsung
bisa ditemui showroom dari produk
monggo.
Sebenarnya pengunjung bisa
melihat proses pembuatan Cokelat Monggo di pabrik ketika beroperasi. Meskipun
hanya diperbolehkan melihat dari luar kaca, namun semua proses produksi cokelat
bisa terlihat jelas. Hanya saja pengunjung harus menyesuaikan dengan jam
operasional pabrik yaitu Hari Senin hingga Jumat pukul 08.00-17.00 WIB, dan
Hari Sabtu pukul 09.00-14.00 WIB. Bagi yang ingin mengadakan
tour group bisa menghubungi
public relation Cokelat Monggo jauh hari
sebelumnya.
Showroom Monggo beroperasi setiap hari mulai pukul 08.00-18.00 WIB.
Selain showroom, Cokelat Monggo
tersedia di official stores di
beberapa tempat, yaitu :
- Jl.
Tirtodipuran No. 10, Mantrijeron. Buka setiap hari pukul 08.00-22.00 WIB
- Bandara
Adisucipto, terminal A dan B (departure).
Buka setiap hari pukul 05.00-22.00 WIB
- Amplaz
(Ambarukmo Plaza) Ground floor. Buka
setiap hari pukul 10.00-22.00 WIB
Untuk mengetahui cita rasa
Cokelat Monggo, ada tester yang bisa dicicipi. Asllan lebih suka dark cokelat 58%. Sedangkan saya dan
ayah lebih memilih dark cokelat 77%. Meskipun lebih pahit namun anti oksidannya
lebih tinggi.
Banyak sekali varian Cokelat
Monggo. Mulai dari cokelat batang 40 gram, cokelat papan 80gr, cokelat
oleh-oleh 100gr, pralline, hingga cokelat unik berbentuk stupa atau sepatu.
Tentu saja dengan macam-macam rasa dan harga yang berbeda pada masing-masing
variannya. Varian terlengkap tersedia di showroom
Kotagede.
Selesai membayar, kami masih
bermain di area pabrik dan showroom
cokelat monggo. Pada teras showroom terdapat kursi kayu dengan model klasik
yang mengundang kami untuk istirahat sejenak. Kursi ini diletakkan di samping
gilingan cokelat dan rangkaian foto yang berisi informasi tentang produksi
cokelat. Selain itu terdapat pula buku tamu yang bisa diisi dengan kesan dan
pesan terhadap Cokelat Monggo.
Area parkir yang asri menjadi
tujuan kami selanjutnya. Terdapat kursi yang terbuat dari kayu dengan
dilengkapi roda andong yang menjadikannya unik. Bisa untuk rehat sekaligus
selfie tentu saja.
Kemudian ada juga gasebo dan
kursi kayu yang lebih lebar dengan gambar kepala petruk sebagai latar
belakangnya. Selain kursi dengan aksen kuno dan klasik, adapula kursi dan meja
modern di bawah payung lipat.
Selain tempat untuk rehat,
terdapat pula beberapa mainan jawa yang boleh digunakan di area cokelat monggo.
Ayah mencoba bermain egrang sedangkan asllan bermain kuda lumping dan seruling
kicauan burung. Ada pula bakiak namun tidak kami mainkan.
Tersedia pula air putih di kendi
yang tentu saja menjadikannya segar. Dingin namun tidak seperti air yang
berasal dari kulkas. Jangan khawatir, kita bisa menggunakan gelas yang tersedia
apabila tidak bisa minum langsung dari kendi.
Sebagai sarana pembersihan,
tersedia keran untuk cuci tangan di antara kendi dan mainan. Siapa saja bisa
cuci tangan terutama setelah bermain atau setelah belepotan mencicipi kelezatan
Cokelat Monggo. Tidak perlu takut kotor lagi.
Ada satu titik selfie yang
menarik perhatian pengunjung. Lokasi ini berada di samping gerbang. Apa yang
membuat menarik? Tentu saja keberadaan sebuah vespa tua berwarna pink. Ya,
vespa pink ini yang menjadi saksi bisu sejarah perjalanan Cokelat Monggo.
Pada awal berdirinya, Cokelat
Monggo memang memiliki cerita tersendiri. Thierry Detournay adalah pemilik
Cokelat Monggo yang berkebangsaan Belgia. Dengan kemampuannya membuat cokelat
maka dibuatlah cokelat praline dengan cita rasa Belgia. Banyak yang menyukai
cokelat buatan Thierry hingga akhirnya beliau memutuskan untuk menjualnya.
Cokelat buatannya belum memiliki
merk saat itu. Beliau menjual di seputaran UGM dalam kegiatan sunmor (Sunday morning). Untuk menarik pengunjung dipakailah vespa yang
dicat warna pink sehingga terlihat menyolok diantara ramainya pengunjung sunmor.
Melihat ramainya antusias
pengunjung, Thierry beserta dua orang temannya mendirikan CV Anugerah Mulia
Indobel. Pada awalnya mereka memproduksi cokelat dengan merk Cacaomania namun
kurang mendapat respon. Hingga akhirnya tercetuslah kata ‘Monggo’ yang menjadi
merk cokelat produksinya. Merk tersebutlah yang menjadi daya tarik pengunjung.
Ya, Cokelat Monggo memang semakin
terkenal. Menjadi salah satu tujuan wisata di Kota Yogyakarta. Monggo, mampir!