Sunday 30 September 2018

Jalan-Jalan ke Bekas Terminal Umbulharjo Yogyakarta


Liburan akhir tahun ini, saya tidak mengambil cuti tahunan. Karena kesibukan pekerjaan akhir tahun, akhirnya saya hanya memanfaatkan libur tanggal merah saja untuk ketemu orangtua sekaligus piknik tipis-tipis.
Karena waktu yang tidak terlalu longgar, maka tujuan wisata kali ini dipilih yang dekat dengan rumah mama saja. Maka pilihan jatuh ke XT Square yang sudah booming sejak akhir tahun 2013. Hanya saja pada saat itu saya masih berada di Kalimantan sehingga belum sempat untuk berkunjung ke sana.
Pada tanggal 24 Desember 2017, akhirnya saya mengajak Asllan dan ayahnya untuk berkunjung ke XT Square. Kami beli tiket terusan untuk museum De Mata 1, De Mata 2, De Arca dan De Walik. Total tiket sebesar Rp.140.000,-/orang. Tiket terusan ini lebih murah daripada tiket single. Harga tiket dibedakan berdasarkan hari dan jam berkunjung.
Gedung pertama yang kami kunjungi adalah De Mata 2. Wah, kami sangat terkagum-kagum dengan both yang disediakan. Kami bisa foto dengan puas dengan semua tema both yang ada. Pada De Mata 2, ditawarkan juga persewaan baju adat negara Belanda, korea, dan mesir. Sayangnya Ayahnya Asllan tidak tertarik dengan baju adat tersebut.
Asllan dengan semangat minta foto pada setiap both yang ada. Di sini selain latar 3D, terdapat pula latar 4D seperti tersedianya sepeda, dan tali seolah-olah kita adalah tarzan. Dan yang paling menjadi favorit Asllan adalah both bis pariwisata yang sedang berpetualang di hutan. Asllan langsung pilih menjadi sopirnya. Saya dan Ayahnya menjadi penumpangnya.
Selain itu pada tema meja makan, tersedia dengan latar belakang bunga lili dan kereta gantung bersalju yang bergerak. Seolah-olah kita sedang makan di luar negeri. Ada juga dua buah ilusi cermin yang tersedia di De Mata 2.
Keluar dari De Mata 2, terdapat stand ice cream dan souvenir. Namun kami hanya membeli ice cream saja dan segera melanjutkan perjalanan di De Mata 1.
Pada De Mata 1, semua both yang disediakan adalah both 3D sejumlah kurang lebih 100 gambar dengan tema kartun, alam dan sebagainya. sebenarnya lebih asyik kalau masuk di De Mata 1 terlebih dahulu baru dilanjutkan ke De Mata 2. Jadi kemegahan both 4D di De Mata 2 bisa menjadi sesuatu yang “wah” setelah berkunjung ke De Mata 1.
Lanjut ke gedung berikutnya yaitu De Arca. De Arca berada di gedung yang berbeda dari De Mata 1 dan 2. Sesuai dengan namanya, De Arca berisi patung tokoh dalam negeri dan juga luar negeri. Yang jelas foto ini berukuran sama seperti aslinya. Lumayan deh, bisa meluk David Beckham dan ayah juga bisa bersalaman dengan Jokowi.
Gedung yang terakhir adalah De Walik. Sama seperti Upside Down yang pernah saya posting sebelumnya. De Walik berisi property yang diletakkan terbalik 180°. Yang membedakan dengan Upside Down adalah peletakan property tidak hanya 180° namun ada yang terbalik 90°.
Wah, ternyata ada sebuah tempat menarik yang letaknya hanya 500m dari rumah uti.

Saturday 22 September 2018

Ngadem di Nongko Ijo


Kejadian yang akan saya tuliskan ini ketika Kota Madiun sedang panas-panasnya. Mau keluar rumah kok matahari semangat sekali menyinari bumi. Kalau berdiam di rumah pengap banget juga. Mau pakai kipas angin tetap angin panas yang dihembuskannya. Duh, mau ngapain enaknya?
Sepertinya enak kalau main ke tempat yang berhawa sejuk. Asllan dan Ayah setuju untuk jalan-jalan ke tempat yang sejuk. Dimanakah itu? Pilihan kali ini jatuh kepada...Nongko Ijo.
Sebuah tempat wisata berupa hutan pinus di daerah Karee, Kabupaten Madiun. Lokasi ini terletak di sebelah Timur Kota Madiun. Berjarak kira-kira 45 menit dari rumah kami. Setelah melewati Pasar Karee, perjalanan sedikit menanjak dan berkelok-kelok. Tidak sulit mencari lokasi ini karena banyak petunjuk yang terpasang selepas Pasar Karee.
Kami memang berangkat pukul 07.00 WIB dari rumah. Harapan kami adalah lokasi masih sepi dari pengunjung sehingga bisa tambah santai menikmati Nongko Ijo. Benar saja, kami sampai di lokasi Nongko Ijo kurang lebih pukul 07.50 WIB. Motor kami adalah motor ketiga yang mengisi tempat parkir kawasan ini.
Hal pertama yang kami lakukan ketika sampai di sana adalah sarapan. Jam segitu memang belum semua warung buka. Ada satu warung yang menjadi pilihan kami untuk sarapan. Kami memesan nasi soto untuk Asllan, Nasi pecel untuk Ayah, dan Nasi pecel lele untuk saya.
Warung yang ada di Nongko Ijo tertata di luar Gapuro. Warung-warung tersebut berjajar, dan terdapat sebuah gasebo di seberangnya. Jadi kita bisa makan di gasebo tersebut.
Lokasi Nongko Ijo sendiri tidak beda dengan wisata hutan pinus lainnya. Terdapat selfie deck berbentuk I Love You, dan juga sebuah rumah pohon. Selain itu terdapat beberapa ayunan dari kayu. Jika ingin bersantai tersedia beberapa gasebo dan kursi buatan dari kayu.
Tiket masuk ke Nongko Ijo sebesar Rp. 6.000,- (menurut informasi juru parkir). Kebetulan saat kami tiba di sana, belum ditarik tiket masuk. Hanya membayar parkir sebesar Rp. 5.000,- untuk sepeda motor.
Memang benar, semakin siang pengunjung semakin ramai. Bahkan lahan parkir yang tadinya sepi kini tidak muat menampung banyaknya sepeda motor yang parkir.
Meski tidak ada wahana permainan apapun, tapi lumayan bisa mendapatkan hawa yang sejuk di sini. Menikmati kesejukan hawa pinus sambil duduk-duduk sejenak.