saya tulis kembali (Sumber : Kedaulatan Rakyat, 18
Januari 2015, halaman 6, Ati/Aje/Ria)
‘Ayah yang ikut membantu ibu
mengasuh, menjaga dan membesarkan anak, terbukti memiliki pengaruh kuat atas
prestasi sekolah anak. Ternyata kehadiran ayah, menentukan pula perkembangan
kepribadian dan watak anak. Khususnya dalam lingkungan social’
Hal ini dikatakan Dra. Mayke S.
Tedjasaputra, M.Si, psikolog senior yang juga staf Pengajar Bagian Psikologi
Perkembangan pada Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Mayke juga dikenal
memiliki keahlian khusus sebagai play therapist untuk anak.
“emosi bayi yang dekat dengan
ayah, cenderung stabil. Bahkan, malah lebih percaya diri saat bayi itu tumbuh
dewasa. Anak yang dekat dengan ayahnya, juga menjadi lebih bersemangat
mengeksplorasi potensi dirinya di dalam merealisasikan ide maupun impian mereka”,
kata Mayke.
Hal ini terlihat pula dalam
lingkungan pergaulan, anak yang dekat dengan ayah cenderung lebih mudah
bersosialisasi dan punya banyak teman, karena dia dianggap menyenangkan.
Kedekatan dengan ayah, memang
terbukti bisa mendongkrak kecerdasan dan kesuksesan anak pada masa depan.
Berdasarkan pengamatannya, pada
usia sekolah, pelajar yang ayahnya terlibat dalam pengasuhannya, memiliki
prestasi yang lebih baik dan juga kepercayaan yang lebih tinggi.
Selama ini, ayah dan ibu memiliki
perannya masing – masing dalam perkembangan anak – anaknya. “ seorang ayah
cenderung lebih menyemangati dalam berkompetisi, kemandirian, dan prestasi. Sedangkan
ibu lebih cenderung pada keadilan, kerja sama, dan keamanan.
Seorang ayah cenderung lebih
dapat menjadi teman bermain bagi anak – anaknya daripada ibu. Dari interaksi
ini anak akan belajar banyak dari ayah mereka.
Penelitian membuktikan bahwa
keterlibatan ayah dalam kehidupan perkembangan anak laki – laki menghasilkan
kesuksesan dalam persahabatan dan prestasi akademis anak.
Sedangkan bagi anak perempuan,
membuat anak cenderung tidak longgar dalam aktivitas seksual dan lebih bisa
membangun hubungan yang sehat ketika dewasa.
Perbedaan cara pengasuhan ayah
dan ibu saat kecil, juga menimbulkan efek yang berbeda pada anak – anak dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
“anak di usia lima bulan yang
memiliki hubungan positif dengan ayah, membuat ia lebih nyaman dan lebih
sedikit menangis ketika berada di antara orang dewasa yang asing baginya, dibanding
anak yang tidak memiliki hubungan positif dengan sang ayah”, kata Mayke.
Gaya pengasuhan ayah yang
cenderung lebih pada permainan fisik, seperti mengayun – ayun, mengangkat dan
menggelitik, menghasilkan roller coaster emosi yang menolong anak mempelajari
emosi – emosi takut dan senang serta memperhatikan reaksi sang ayah ketika
mengungkapkan perasaanya melalui jeritan dan tawanya.
Anak juga belajar, bagaimana
menenangkan kembali emosinya di saat permainan tersebut selesai. Selain itu juga
terungkap, anak – anak yang memiliki hubungan positif dan menyenangkan dengan
sang ayah, cenderung lebih popular dibandingkan anak – anak yang tidak memiliki
hubungan tersebut.
Ayah bisa juga menjadi teman,
misalnya mengajak anak menyenangi membaca buku dengan menciptakan ritual
membaca yang menyenangkan. Ikuti selera anak saat membeli buku atau terlibat
dalam aktivitasnya, seperti berenang, mengunjungi kebun binatang atau bermain
bersama.
Begitulah ayah, kehadirannya ikut
membentuk kepribadian anak, melalui perannya maupun aktivitasnya yang sangat
berkesan di hati anaknya.