Tuesday 31 January 2017

Kehilangan Slewah (8 Oktober 2016-20 Janurai 2017)

Slewah adalah salah satu anak betina Jenggo selain Telon. Slewah ini kitten yang biasa saja dan tidak terlalu banyak ulah. Semacam anak kucing tengah diantara anak-anaknya Jenggo.
Ketika belajar jalan, Slewah ini yang paling males. Di saat Ganang dan Telon semangat untuk belajar jalan, Slewah masih duduk manis tidak bergerak.
Perlakuan kami terhadap anak-anak Jenggo adalah sama. Ketika Ganang mandi, Slewah dan Telon juga dimandikan. Di saat Ganang diberi obat cacing, demikian juga dengan Slewah dan Telon.
Kami beri dia nama Slewah karena memang coraknya yang Slewah tidak simetris menurut Bahasa Jawa. Kening sebelah kanan berwarna hitam dan kening sebelah kiri berwarna jingga. Kaki belakang sebelah kanan berwarna jingga sedangkan kaki belakang sebelah kiri berwarna hitam.
Selain coraknya yang tidak sama, ada satu keunikan dari Slewah yaitu mempunyai tahi lalat di kumis sebelah kanan. Sebenarnya bukan tahi lalat seperti yang ada pada manusia, namun ada corak sedikit berbentuk titik sehingga menyerupai tahi lalat.
Ketika Ganang mulai lemes di tanggal 18 Januari 2017, Slewah sebenarnya masih aktif dan tidak menunjukkan gejala apapun. Namun pagi hari sebelum Ganang pergi, Slewah mulai tidak selera makan. Tidak lincah dan cenderung lemas. Setelah menguburkan Ganang, Slewah dan Telon dibawa ke dokter hewan.
Hasil pemeriksaannya mereka postitif terkena panleu. Ditambah juga Slewah muntah di ruang periksa dengan warna persis seperti muntahan Ganang. Dokter bisa melihat langsung tekstur dan warna muntahannya.
Slewah dan Telon boleh dibawa pulang dengan dibekali obat anti muntah dan vitamin untuk menambah daya tahan tubuhnya. Perlakuannya pun mereka kami pisahkan dari kucing yang lain.
Sayangnya pagi selepas sholat Subuh ketika dilihat, Slewah sudah terbujur kaku. Yang lebih menyedihkan lagi adalah posisi Telon yang tidur di atas bangkainya Slewah. Mungkin malam itu Slewah sudah pergi namun baru kami lihat di pagi hari tanggal 20 Januari 2017 pukul 07.15 WIB.



Slewah...
Meskipun hanya sebentar saja kamu menemani kami
Namun kehadiranmu membawa warna tersendiri bagi kami
Maafkan kami yang tidak bisa merawatmu lebih lama
Selamat jalan Slewah

We Luv U...

Thursday 26 January 2017

Kehilangan Ganang (8 Oktober 2016 – 19 Januari 2017)


 Ganang adalah satu-satunya anak jantan dari Jenggo kucingku. Setelah Blek meninggalkan dunia ini, tinggal Ganang dan Crimy saja kucing saya yang jantan. Masih ada dua jagoan yang akan menjaga lima betina yang lain.
Ganang lahir pada tanggal 8 Oktobter 2016. Ganang adalah anak pertama dari Jenggo. Ganang adalah tiga bersaudara. Dua ekor saudaranya yang lain berjenis kelamin betina. Ketiga kitten ini tumbuh dengan sehat.
Jenggo sebagai induknya selalu memperhatikan mereka bertiga. Setiap Jenggo datang mereka selalu berebutan untuk menyusu Jenggo. Setelah puas menyusu maka tertidurlah mereka.
Ketika berumur kurang lebih 3 minggu mereka mulai belajar jalan. Bahkan insting Jenggo saat itu adalah memindahkan mereka ke lantai (tidak di atas kardus seperti biasanya). Dan itu dilakukan Jenggo dalam pemindahan yang ke tujuh.
Sebenarnya saya sedikit heran, kenapa kok hanya dipindahkan ke lantai tanpa alas? Dan setelah itu langsung ditinggalkan Jenggo begitu saja. Ternyata itulah cara Jenggo untuk mengajari berjalan bagi anak-anaknya.
Sama seperti bayi pada umumnya. Sebelum bisa berjalan dengan lancar akan melalui fase merangkak kemudian latihan berjalan hingga akhirnya bisa jalan dengan lancar. Kitten juga mengalami fase yang sama.
Tiga anak Jenggo berusaha berjalan. Kaki kecil mereka belum kuat untuk menopang tubuhnya. Hingga mereka berjalan dengan kaki yang masih sedikit menekuk dan seringkali terjatuh. Lucu dan gemes sekali melihatnya.
Ganang adalah yang paling semangat untuk beajar jalan. Meskipun sering terjatuh namun dengan segera bangkit dan melanjutkan perjalanannya. Rute yang ditempuhnya adalah terjauh daripada saudaranya yang lain.
Hari – hari terus berlalu tanpa terasa. Ganang sudah pernah merasakan mandi. Meskipun berontak tapi dia bisa menyelesaikan acara mandinya. Sudah terlihat lebih putih dan ganteng.
Selain mandi, Ganang juga sudah diberi obat cacing. Makan dan minum juga sudah seperti yang lain. Dia memang yang paling rewel ketika akan makan. Sering mengeong dan juga menyerobot jatah kucing lainnya.
Pada awalnya nama yang kami berikan adalah oyen. Namun ternyata bulunya lebih banyak yang berwarna putih. Warna jingga-nya hanya sebagai corak saja. Akhirnya kami mengganti namanya menjadi Ganang yang berarti lanang alias jantan pada Bahasa Jawa.
Sepertinya Ganang menjadi anak kesayangan dari Jenggo. Karena jika Ganang belum terlihat maka Jenggo akan selalu mencarinya. Jika Ganang datang untuk menyusu, Jenggo langsung mengabulkannya.
Meskipun jantan namun Ganang tidak pemberani seperti yang lain. Ketika kami melatih para anabul (anak bulu) untuk naik tangga, Ganang hanya menunggu di bawah saja. Bahkan tidak sekalipun mencoba menaiki anak tangga pertama.
Tipikal Ganang adalah kucing yang cuek. Ketika dia mengantuk maka bisa tidur dimanapun. Bahkan ketika dipindahkan dia tidak juga terbangun. Jika Ganang sedang tidur dan Jenggo datang, dia juga tidak segera bangun malah meneruskan tidurnya. Hal itu yang membuat Jenggo kalang kabut mencarinya.
Ketika waktu bermain, semua kucing bermain dengan semangat kecuali Ganang. Dia lebih memilih tidur dan tidak peduli dengan kucing lain yang berlarian. Namun jangan salah, ketika dia sudah bangun dan ingin bermain, dia bisa bermain sendiri tanpa ragu.
Siang itu tanggal 18 Januari 2017. Suamiku memberi kabar jika Ganang lemes dan menyendiri. Dia tidak mau bergabung dan masuk ke dalam rumah. Ganang hanya duduk di pojok bak pasirnya. Dia sering muntah dengan muntahan yang berwarna kuning.
Apakah Ganang terkena Panleu? Atau hanya karena keracunan karena habis mainan cicak sebelumnya? Banyak pertanyaan di benak saya. Dan saya merekomendasikan suami untuk membawanya ke dokter hewan.
Namun takdir berkata lain. Belum sempat dibawa ke dokter hewan Ganang sudah meninggalkan dunia ini pada keesokan harinya (19 Januari 2017 pukul 08.45 WIB).
Sungguh cepat sekali Ganang pergi. Dari dia terlihat lemas di tanggal 18 Januari kemudian meninggal di tanggal 19 Januari. Tidak sampai 24 jam sejak ciri-ciri sakitnya Ganang muncul hingga kematiannya. Mungkinkah benar Ganang terkena panleu?

Ganang...
Kamu adalah salah satu kucing jagoanku
Kamu adalah anak kesayangan mamah Jenggo
Kini kamu sudah pergi, dan sudah tidak merasakan sakit lagi
Maafkan kami yang tidak bisa merawatmu lebih lama lagi
Selamat jalan, Ganang

We Luv U...

Wednesday 25 January 2017

Gumuk Pasir Barchan

Gumuk pasir,
Identik dengan pasir yang sangat luas dan panas matahari yang menyengat sehingga terasa gersang. Namun gumuk pasir mulai terkenal setelah menjadi tempat syuting film Pasir Berbisik yang dibintangi Dian Sastro. Makin banyak pengunjung yang penasaran dengan tempat ini.
Sekarang tempat ini sedikit banyak sudah berubah. Tidak segersang dan sesepi dahulu. Banyak pengunjung yang datang bahkan sangat ramai di waktu liburan. Pada liburan akhir tahun kali ini saya mengunjungi Gumuk Pasir Barchan.
Gumuk pasir terletak di kawasan pantai parangkusumo, Bantul, Yogyakarta. Pintu masuk terdapat di dua sisi yaitu dari arah Pantai Depok dan Pantai Parangtritis. Jika masuk melalui Pantai Depok maka akan sampai di Gumuk Pasir Barchan terlebih dahulu. Namun jika masuk melalui Pantai Parangtritis maka Gumuk Pasir yang akan kita temui.
Untuk masuk melalui Pantai Depok, tiket yang harus kita bayar yaitu Rp.4.000,-/orang. Jika dari arah Yogyakarta, sebelum gerbang retribusi Pantai Parangtritis belok kanan (arah Pantai Depok). Pos retribusi Pantai Depok berada di depan gerbang parkirnya. Namun kita harus belok kiri untuk menuju lokasi Gumuk Pasir.
Rute lain yang bisa kita tempuh adalah dari Pantai Parangtritis. Tiket yang harus kita bayar bisa dilihat di sini
Jika dari arah Yogyakarta, sebelum polsek Kretek kita belok kanan dan akan menemukan gumuk pasir di sisi kanan jalan.
Ketika pertama kali menginjankkan kaki di lokasi, tidak begitu tampak kesan gersang di sana. Terdapat gerbang yang eye catching dengan tulisan warna jingga dan dipermanis dengan bunga plastik warna warni yang diletakkan pada vas. Tentu saja menjadi salah satu sudut favorit untuk selfie.
   Ingin menjelajah lokasi ini? segera saja langkahkan kaki dan akan menemukan spot yang menarik untuk selfie antara lain :
1. Ayunan
Ayunan di sini dibuat sealami mungkin yaitu dari batang pohon sebagai tiangnya. Tali yang digunakan adalah tali plastik (tali tampar). Tempat untuk duduk dibuat dari papan kayu. Tentu saja ayunan ini dipakai untuk berayun santai.

2. Gardu pandang
Jika naik di gardu pandang akan terlihat hamparan pasir yang luas. Dan tentu saja beberapa vegetasi yang terdapat di sana seperti cemara udang. Gardu pandang ini terbuat dari bahan yang alami yaitu batang pohon dan tali tambang.

3. Kaktus
Jangan dibayangkan kaktus yang lebat ya. Dari hamparan pasir yang luas hanya terdapat satu pokok kaktus. Terlihat menarik untuk selfie. Seperti sedang berada di gurun pasir.

4. Love
Lokasi berikutnya adalah spot cinta. Spot ini menjadi favorit pengunjung sehingga harus antri jika ingin berpose cantik di sini. Spot cinta dibuat dari besi yang berbentuk love raksasa dihiasi dengan bunga. Besi cinta ini diletakkan diantara pagar kayu yang berwarna putih. Tersedia kursi kayu untuk mempermudah kita berpose.

5. Hamparan pasir
Selain beberapa spot tersebut, hamparan pasir itu sendiri menjadi salah satu objek indah untuk selfie. Seolah – olah kita sedang berada di gurun pasir yang jauh sana.

6. Sand Board
Selain selfie, kita bisa mencoba permainan sand bord. Permainan ini bisa dimainkan anak-anak maupun dewasa. Papan yang digunakan tentu saja berbeda ukurannya. Harga sewa papan sand board sebesar Rp. 70.000,-/24 jam. Jika belum mahir dapat mencoba dengan cara duduk di atas papan dan meluncur di pasir. Namun jika sudah mahir bisa dicoba dengan berdiri di atas papan seperti pemain skate board.

Pesona gumuk pasir memang sudah menggeliat. Selain sebagai tempat selfie dan bersantai, lokasi ini menjadi salah satu pilihan untuk foto pre-wedding. Seperti saat saya sedang berkunjung, terdapat sepasang calon pengantin yang sedang mengadakan sesi foto. Di tangan fotografer handal lokasi gumuk pasir bisa menjadi tempat yang istimewa.

Bagaimana dengan Asllan? Dia yang paling antusias bermain di pasir. Berlarian, berguling, dan menjatuhkan diri di atas pasir menjadi favoritnya. Ditambah terdapat genangan air bekas hujan semalam yang lumayan luas namun tidak dalam membuat Asllan langsung bermain di sana. Sepertinya dia puas dan senang sekali bebas bermain air dan pasir.






Tuesday 24 January 2017

Parangtritis lagi

Pantai Parangtritis memang tak pernah lekang oleh waktu. Meskipun baru enam bulan yang lalu kami mengunjunginya namun pada liburan akhir tahun kali ini tetap menyempatkan waktu untuk ke sana lagi.
Tak berbeda jauh dari kunjungan sebelumnya. Hanya saja... Hey! Apa itu yang banyak bermunculan di awan? Semakin mendekat ke pantai barulah terlihat yang sebenarnya. Wah, ternyata ada paralayang yang titik mendaratnya di dekat pantai. Sepertinya titik mulainya ada di tebing sisi timur pantai.
Paralayang memang salah satu wahana yang menantang namun mengasyikkan. Bagi yang sudah mahir, boleh saja jika ingin ‘mengudara’ sendiri. Namun bagi pemula tidak perlu risau, ada pendamping yang bersedia untuk tandem. Biaya untuk satu kali ‘terbang’ dipatok seharga Rp. 300.000,-
Selain paralayang terdapat pula permainan ATV yang digemari pengunjung. Ada dua macam ATV yaitu besar dan kecil dengan harga sewa yang berbeda. Untuk menyewa ATV besar harus merogoh kantong sebesar Rp. 100.000,- sedangkan untuk ATV kecil seharga RP. 50.000,-. Lama waktu penyewaan adalah 20 menit baik untuk ATV besar dan kecil.
Kuda dan bendi juga tak kalah menarik. Jika dua permainan sebelumnya bisa memacu adrenalin maka saatnya cooling down dengan naik kuda atau bendi. Harga sewa kuda dan bendi sama yaitu Rp. 30.000,- untuk satu kali putaran dan Rp. 100.000,- untuk satu paket. Satu kali putaran itu berawal dari posisi pertama bendi kemudian berjalan sekitar 200-300 meter kemudian berbalik ke posisi awal. Rute satu paket tentu saja lebih jauh dan lebih puas daripada rute satu putaran.
Ke pantai belum sah rasanya kalau belum bermain dengan ombaknya. Begitu juga dengan Asllan yang minta mendekat ke arah pantai. Meski pada awalnya dia masih terlihat takut bahkan menangis jika ada ombak datang, namun akhirnya mau untuk menceburkan diri ke ombak. Tak lupa untuk bermain pasir basah kesukaannya. Kali ini asllan dan ayah berlomba membuat sumur yang langsung menghilang ketika dipenuhi ombak.
Kali ini wahana permainan yang Asllan coba adalah ATV dan bendi. Tentu saja selalu kami dampingi dalam pelaksanaannya. Ketika naik ATV didampingi Ayah, namun ketika naik bendi tentu saja bersama saya dan ayahnya. Asllan memang belum pernah naik ATV maka kami putuskan untuk menyewa yang kecil. Masih harus penyesuaian dulu. Mimik muka asllan bercampur senang namun tegang. Tidak sampai lima belas menit asllan menyudahi permainan ini.
Lain halnya dengan bendi. Asllan terlihat sangat menikmatinya. Dia tertawa ketika orang kaget karena tidak menyangka ada bendi yang lewat. Begitu juga ketika bendi melewati ombak yang datang sehingga cipratan air lebih banyak yang mengenai kami.
Parangtritis memang menjadi idola pengunjung yang berlibur ke Yogyakarta. Terbukti dengan penuhnya tempat parkir dan banyaknya pengunjung yang memadati bibir pantai serta wahana permainan yang ada.


Thursday 12 January 2017

Jalan-Jalan Bersama Macyto

Rutinitas hari Jumat pagi di kantor adalah senam. Namun pada awal Desember 2016 senam ditiadakan. Wah, ada apa ya? Sebagai gantinya akan ada acara keliling kota bersama Macyto. Apa sih macyto itu? Saya sebagai pendatang di kota Malang ini tidak tahu apa atau siapakah Macyto.
Didorong oleh rasa penasaran saya mengikuti kegiatan tersebut. Kami para karyawati berkumpul di depan pintu gerbang kantor. Tak berapa lama datanglah sebuah bus yang tidak pernah saya lihat sebelumnya.
Bus tersebut semacam bus tingkat, namun dengan atap terbuka pada lantai dua. Dengan cat warna hijau daun dan model yang sedikit antik membuat bus ini terlihat berbeda di tengah keramaian jalan raya. Ternyata inilah Macyto!.
Macyto bisa dibilang sebagai salah satu angkutan wisata di kota Malang. Macyto  merupakan singkatan dari Malang City Tour. Jadi macyto ini memang digunakan untuk keliling kota Malang.
Wah, sepertinya asyik jika bisa melihat keramaian kota Malang dari atas. Saya langsung menuju kursi di lantai dua. Panas memang, tapi tidak menyurutkan niat dan semangat untuk tetap duduk di lantai dua. Saya dan beberapa teman yang memang berencana untuk duduk di atas sudah menyiapkan perbekalan kami. Ya, bekal berupa topi maupun kaca mata hitam untuk mengurangi rasa panas.
Macyto berjalan lambat, karena tujuannya agar penumpang bisa menikmati setiap jengkal dari perjalanan ini. Selain itu ada voice guide yang selalu menjelaskan dari tiap bangunan ataupun jalan yang dilalui. Hanya saja untuk penumpang di lantai atas penjelasan tersebut kurang bisa didengar dengan baik. Terutama saya yang dapat kursi di belakang. Saran untuk pihak Macyto, speaker bisa dipasang merata. Jadi semua penumpang bisa mendengarkan voice guide dengan jelas.
Rute perjalanan kami kali ini dimulai dari kantor yang terletak di Jalan Kawi. Bus berjalan ke arah Barat dan belok ke Utara menuju Jalan Ijen melewati Museum Brawijaya. Perjalanan lanjut lagi sampai di depan Politeknik Kesehatan kemudian berbalik arah menuju perpustakaan kota Malang yang di cat warna warni.
Setelah melewati perpustakaan kemudian berbelok ke kiri menuju Jl. Semeru di belakang Stadion Gajayana. Macyto berjalan terus hingga sampai di alun-alun tugu. Kami menunggu dengan tidak tenang. Apakah tour ini sudah selesai sampai di sini?
Ternyata perjalanan masih berlanjut hingga melewati Stasiun Malang belok kiri ke Jl. Trunojoyo. Di sebelah kiri terdapat taman untuk rakyat yang ramai pengunjung. Macyto kemudian belok kanan menuju Jl. Pattimura hingga pertigaan Rampal.
Dari pertigaan rampal belok kiri menuju Jl. Panglima Sudirman sambil menyisiri tepi lapangan Rampal yang sangat luas. Lapangan ini selain berfungsi sebagai tempat latihan kemiliteran juga sebagai RTH dan resapan air.
Perjalanan lanjut lagi melewati RS. Lavalette terus hingga sampai di RSIA Mardi Waloeja Rampal kemudian belok kiri ke JL. Raya Gempol Malang. Di Jalan ini terdapat RSU Syaiful Anwar yang terkenal.
Setelah melewati BRI cabang pembantu Basuki Rahmat Macyto belok kiri menuju Pertokoan Kayutangan dan Plaza Sarinah. Dari situ kemudian belok kiri menuju Ramayana dan belok kanan melewati alun-alun Kota Malang.
Kemudian belok kanan melewati kantor pos dan lanjut ke Jl. Kauman. Kemudian belok kiri sampai di Jl. Wahid Hasyim. Setelah itu belok kiri lagi melewati Jl. Ade Irma Suryani. Lalu belok kiri ke Jl. Gatot Subroto.
Perjalanan dilanjut sampai Jl. Trunojoyo. Di sisi sebelah kanan kita akan disuguhi Kampung Jodipan alias kampung warna warni dan sampailah di Stasiun Kota Malang. Kemudian belok kiri ke Jl. Kertanagara. Di depan mata sudah terlihat kembali alun – alun Tugu. Sampailah kita di Balaikota Malang dan Macyto berkahir di sini.
Menurut keterangan pemandu pada hari itu, Macyto melayani perjalanan untuk pribadi (bukan carter) pada hari Sabtu dan Minggu mulai pukul 09.00-12.00 WIB. Khusus di Hari Minggu, Macyto beroperasi pada pukul 09.30-12.00 karena di salah satu jalan yang dilaluinya masih digunakan untuk Car Free day.
Jangan khawatir tentang biaya Macyto. Menikmati Malang dengan Macyto tidak dipungut biaya alias GRATIS. Macyto berangkat dari Tarekot (Taman Rekreasi Kota). Karena Macyto hanya berkapasitas 40 orang, calon penumpang harus antri terlebih dahulu untuk mendapatkan tiket. Antrian bisa dimulai sekitar pukul 07.00 WIB.
Bagi yang ingin naik Macyto secara berkelompok bisa carter jauh hari sebelumnya. Biasanya dengan membuat surat permohonan yang ditujukan ke Dinas Pariwisata Malang. Persetujuannya membutuhkan waktu sekitar dua hari. Perjalanan Macyto untuk carter dilayani setiap hari Senin-Jumat.

Beberapa catatan jika naik Macyto :
  1. Pemandangan lebih indah jika kita mendapat kursi di lantai dua. Namun jangan lupa untuk membawa topi atau kaca mata hitam karena pastinya akan lebih panas.
  2. Waspada terhadap kabel atau ranting pohon yang terlalu rendah. Untuk penumpang di lantai dua seringkali harus membungkukkan badan ketika melewati halangan tersebut.
  3. Rute rutin Macyto di hari Sabtu-Minggu berbeda dengan rute untuk carter.
  4. Antrian di hari Sabtu dan Minggu dimulai pukul 07.00 WIB karena begitu banyak peminat sedangkan kapasitas penumpang Macyto hanya 40 orang untuk tiap armada.
  5. Macyto terdiri dari dua armada. Bisa sekali jalan apabila penumpang carter lebih dari 40 orang.

Nah keliling Kota Malang tidak perlu mahal bukan? Cukup naik Macyto dan nikmati sensasi keliling kota Malang.


Wednesday 11 January 2017

Saat Kehilanganmu (Blek)

Yang namanya kehilangan itu pasti rasanya sedih. Sesak di dada, air mata terus menetes tiap saat. Itu juga yang saya alami saat ini. Memang dia hanya sebentar saja menemani kami. Hanya lima bulan usianya.
Awal pertemuan dengannya dimulai pada tanggal 4 Agustus 2016 silam. Ketika datang di kantor, saya mendengar tangisannya. Setelah dicari ternyata dia bersembungi di bawah tangga di Timur ruang sarpra. Dia sangat takut dengan orang yang berlalu lalang. Dia menangis mencari induknya.
Bulunya bagus, perutnya gembul. Dengan perlahan coba saya pegang dan kemudian saya ambil. Awalnya dia berontak, namun setelah mendapat elusan kasih sayang dia mulai menikmatinya. Dia mulai diam dan sedikit mengantuk sepertinya hingga akhirnya dia tertidur.
Singkat kata, akhirnya dia dan satu lagi saudaranya saya adopsi. Mereka saya beri nama Blek dan Crimy. Saya bawa dia dari kantor Malang menuju rumah di Madiun. Kebetulan ada teman yang pulang ke Madiun bawa mobil.
Karena saya mengadopsi mereka hanya berdua tanpa induknya, konsekuensinya adalah harus memberi minum susu. Umur mereka sekitar satu bulan saat itu. Dan ternyata mereka belum bisa minum langsung dari  mangkok. Akhirnya mereka minum susu dari dot.
Blek bisa minum lebih mahir daripada Crimy.  Kalau crimy minum, masih banyak susu yang tumpah. Tapi volume minumnya memang lebih banyak Crimy. Jadi yang pertama minum pakai dot adalah Blek, dan dilanjutkan Crimy setelah Blek kenyang.
Semakin hari mereka semakin sehat. Perut juga semakin gembul. Tingkah polah mereka sungguh menghibur kami sekeluarga. Blek mempunyai naluri alami yang lebih bagus daripada Crimy. Crimy lebih penakut, selalu mencari Blek kalau sedikit saja Blek tidak terlihat di dekatnya.
Setelah satu bulan berada di rumah mulailah mereka mandi. Blek dan Crimy jadi semakin ganteng setelah mandi. Siapa yang tidak gemas melihat kegantengan mereka. Banyak orang bilang Crimy itu jantan tapi cantik, sedangkan Blek sangat bagus corak bulunya.
Umur tiga bulan, saatnya mereka vaksin setelah minum obat cacing sebelumnya. Namun dari hasil pantauan BAB, Blek agak sedikit lembek. Jadilah Crimy terlebih dahulu yang mendapatkan vaksin pertama.
Dasar Crimy yang lebih manja, dia berontak ketika jarum suntik masuk tubuhnya. Begitu sampai di rumahpun dia cenderung lebih diam. Dan Crimy selalu mendekati Blek. Seakan tahu bahwa adikny habis vaksin, Blek setia menemani Crimy. Blek berbaring di samping Crimy dan tidak mengajak mainan.
Dua minggu kemudian Blek divaksin. Vaksin yang sama seperti Crimy. Sangat beda sekali dengan Crimy. Blek tidak berontak sama sekali ketika jarum suntik masuk tubuhnya. Bahkan ketika sampai di rumahpun Blek seperti biasa. Langsung mainan dengan lincah serta makan dengan lahapnya.
Ketika tidur, Blek sering mencari bantal. Entah berupa kaki suami, kaki saya bahkan bantal sesungguhnya. Begitu kepalanya mendapat bantal untuk sandaran maka tertidurlah dia.
Ketika melihat cicak dan akan mengejar, Blek mengeluarkan suara ckckckckck sambil mengendap-endap. Blek lebih rajin berburu cicak daripada Crimy. Meskipun hasil buruannya itu hanya untuk mainan saja (tidak dimakan)
Awal November 2016, Blek mulai suka sekali naik di motor suami. Sepertinya dia sedang mengeksplorasi benda yang disebut motor. Blek naik dari roda depan, kemudian langsung bermain di spion, setang, dan spedometer. Hanya untuk bermain saja bukan untuk tempat tidur.
Mulai pertengahan November 2016, saya merasakan Blek tidak seperti biasa. Dia tidak terlalu semangat ketika diajak bermain Crimy. Bahkan ketika saya beri makan dia menyambut dengan langkah gontainya. Bukan dengan lari yang penuh semangat. Selesai makan Blek juga lebih sering untuk duduk di bawah meja. “Hey, Ada apa denganmu Blek?”
Awal Desember 2016, adalah jadwal vaksin kedua untuk Blek. Namun saya melihat perut Blek membesar yang tidak wajar. Hanya bagian perut saja yang membesar. Saya bawa Blek ke dokter hewan di dekat rumah. Saya ceritakan bahwa sebenarnya jadwal vaksin kedua namun perut Blek terlihat membesar.
Saya sempat googling dulu sebelum membawanya ke dokter. Sebagian besar artikel yang saya baca menyebutkan bahwa ciri-ciri seperti Blek adalah penyakit FIP basah. Dan sayang sekali semuanya berujung pada kematian karena belum ada vaksin pencegahnya di Indonesia.
Sungguh, seperti petir di siang bolong! Dokter mendiagnosa Blek terkena FIP basah. Harus dipisahkan dari kucing yang lain karena bisa menular. Lemas rasa kaki saya ketika itu. Bagaimana mungkin Blek bisa terkena virus  mematikan itu?!
Blek saya bawa pulang dan tidak bisa divaksin. Dokter memberikan lima macam obat untuk Blek pada tanggal 10 Desember 2016. Ada obat untuk pengeluaran cairan, vitamin, antibiotik, pencernaan dan juga obat untuk demam. Semua obat diminumkan dua kali sehari.
Blek saya tempatkan di salah satu ruangan kosong di rumah. Bak pasir, makan dan minum saya sediakan di sana karena tidak boleh bercampur dengan kucing yang lain. Sedih dan kasihan melihat Blek harus sendirian di ruangan tersebut. Crimy juga merasa kehilangan Blek. Terlihat Crimy mencari Blek untuk bermain.
Lima hari setelahnya adalah saatnya Blek untuk kontrol. Suami saya membawa Blek ke dokter yang sama. Ada perkembangan baik meskipun sedikit. Karena cairan di perut Blek masih ada belum habis seluruhnya. Obat yang diberikan pada tanggal 15 Desember 2016 adalah obat pengeluaran cairan, vitamin dan penguat jantung.
Perlakuan kepada Blek masih sama, harus dipisahkan dari kucing lain. Tiap pulang ke Madiun saya sempatkan untuk bicara dengan Blek bahwa dia harus kuat. Meskipun data berbicara bahwa terkena FIP basah itu hanya bisa memperpanjang umur maksimal 1 tahun. Tapi saya ingin Blek berbeda. Saya ingin Blek bisa sembuh.
Liburan akhir tahun saya dan keluarga akan berkunjung ke Jogja. Dengan kondisi Blek yang seperti itu kami putuskan untuk menitipkan Blek di dokter hewan langganan. Lagipula obat Blek juga habis. Sekalian kontrol dan mendapat obat yang baru.
Malam sebelum kami berangkat ke Jogja, ketika saya membuka ruangan Blek, dia lari-lari kecil menghampiri saya. Blek menatap saya penuh semangat. Sungguh senang saya menemuinya. Saya berfikir Blek akan sembuh karena dia bersemangat. Saya sampaikan pada Blek bahwa saya akan menitipkannya karena saya akan ke Jogja. Dan saya akan menemuinya ketika sudah kembali di Madiun.
Tanggal 31 Desember 2016 saya sudah sampai di Madiun, saat itu juga saya ambil Blek untuk pulang ke rumah. Begitu mendengar suara saya, Blek langsung berdiri dan menyodorkan kepalanya untuk minta dielus manja. Saya usap dan saya belai kepala Blek, dan dia terlihat menikmatinya.
Menurut asisten dokter yang menanganinya, kondisi Blek sudah membaik. Cairan di perutnya sudah berkurang banyak. Maemnya banyak tapi harus makanan basah dan harus disuapin menggunakan spuit. Hemm, agak aneh juga saya mendengarnya. Memang ketika dititipkan nafsu makan Blek mulai berkurang. Sering makanan yang saya berikan tidak dihabiskannya. Tapi kenapa sekarang beralih ke makanan basah dan harus disuapin pula?! Blek saya bawa pulang dengan ‘dibekali’ dua macam obat yaitu vitamin dan pengeluaran cairan.
Keesokan harinya saya menemui Blek, namun dia hanya terdiam di rumah kardusnya. Tidak mengeong juga tidak mendekati saya. Saya angkat Blek namun kondisinya sangat lemas sekali. Saya beri dia makanan basah, dan dia masih mau menelannya.
Sore harinya Blek diajak keluar oleh suami saya. Blek diajak bermain di teras depan rumah. Meski terlihat senang namun Blek sangat lemah. Dia hanya duduk di teras, dan sesekali berjalan ke arah rumput. Blek lebih sering untuk duduk.
Keesokan paginya kondisi Blek lebih lemas lagi. Ketika berjalan mendekati saya kaki belakangnya mulai terseok-seok. Bulu cantiknya juga mulai berdiri. Terlihat sangat kurus namun perutnya terus membesar. Saya semakin sedih melihatnya.
Ketika suami masuk untuk memberinya obat dan melihat kondisi Blek yang seperti itu, suami bilang sudah mengikhlaskan Blek. Tidak! Saya akan terus berusaha demi kesembuhan Blek. Saya putuskan untuk membawa Blek ke dokter yang lain dan minta agar Blek diinfus.
Tanggal 2 Januari 2017 malam, saya menemui Blek. Entah kenapa saya sangat sedih melihatnya. Dia berjalan sempoyongan dan menyundul-nyundul kaki saya minta dibelai. Tak kuasa saya menahan air mata ini. Sambil nangis saya belai Blek dan mengajak dia berbicara. Saya kuatkan Blek, saya sampaikan bahwa dia harus kuat, dan dia harus sembuh.
Mungkin Blek terlalu capek, sehingga dia mulai merebahkan kepalanya di kaki saya, dia mencari bantal seperti biasa. Saya angkat Blek dan saya pangku dia sambil saya pamit akan berangkat kerja di Malang malam nanti. Namun saya ingin Blek berjanji bahwa ketika saya pulang Madiun di akhir minggu, saya masih bisa menemuinya. Seperti biasa, Blek menatap saya. Namun kali ini dia menatap saya tidak terlalu lama. Air mata saya berjatuhan mengenai bulu yang masih terlihat cantik bagi saya. Dia lantas memalingkan kepalanya dari saya.
Tanggal 3 Januari 2017 suami membawa Blek ke dokter yang lain. Begitu datang, Blek langsung diinfus agar tidak lemas. Kami pasrahkan perawatan Blek ke dokter tersebut sambil terus berharap dan berdoa agar Blek bisa segera pulih.
Saya tak tinggal diam. Saya bertanya kepada teman semasa SMA yang sekarang berprofesi sebagai dokter hewan. Saya juga bertanya kepada dokter hewan yang melayani konsultasi secara online. Namun jawaban mereka sama bahwa yang bisa menyembuhkan FIP basah adalah sebuah keajaiban. Apalagi saya juga menyampaikan kondisi Blek saat ini.
Tanggal 4 Januari 2017, sudah tidak sabar saya menanti datangnya Hari Jumat untuk bisa segera bertemu dan mengetahui kondisi Blek. Ketika akan tidur, terdengarlah nada dering SMS dari HP. Begitu saya buka, langsung air mata ini tumpah tak tertahankan.
SMS dari dokter dimana Blek opname yang mengabarkan bahwa kondisi Blek kritis. Suhu tubuh menurun, nafas mulai cepat dan terdengar bungi grok-grok. Saya mohon agar dokter tersebut mengusahakan untuk kesembuhan Blek. Jika memang harus operasi untuk pengambilan cairan di perut Blek, saya siap. Namun menurut dokter hal itu bisa membahayakan Blek mengingat kondisi Blek seperti ini.
Bangun pagi harinya saya merasa takut untuk membuka HP. Alhamdulillah tidak ada kabar lagi dari dokternya Blek. Saya pun berangkat ke kantor dengan tenang dan optimis bisa berjumpa Blek besok sore.
Saya memberanikan diri untuk bertanya bagaimana kondisi Blek saat ini. Dokternya Blek mengirimkan satu foto dan satu video Blek. Dalam video tersebut saya lihat Blek masih bernafas meski tersengal-sengal. Namun saya lihat mata dan tatapan Blek sudah kosong. Namun saya selalu bilang dalam hati ‘ayo Blek, semangat!. Besok sore bisa ketemu Bunda lagi’.
Saya putuskan untuk membawa Blek pulang, karena saya fikir saat ini Blek lebih membutuhkan kasih sayang keluarga. Suami saya bersedia membawa pulang Blek pada pukul 09.00 WIB. Suami juga ingin menemani Blek di akhir waktunya. “Jika Blek harus mati biarlah dia mati di rumah” kata suami.
Gelisah saya menunggu kabar dari suami. Pukul 09.15, notifikasi whatsapp berbunyi. Dan itu whatsapp dari suami. Dengan gemetar saya membaca pesan dari suami yang menagbarkan bahwa Blek sudah meninggal.
Innalillahi wa inna illaihi roji’un....”Blekkkkkkkkkk kenapa kamu tidak menunggu Bunda datang? Kita sudah berjanji kan berjumpa besok sore”. Air mata langsung tumpah dengan derasnya. Sungguh sedih, dan hancur rasa hati ini!. Sakiiittt sekali mendengar kabar itu! Kenapa Blek tidak bisa menunggu kedatangan saya?
Yang lebih menyedihkan lagi adalah Blek tidak boleh dikubur di rumah karena masih ada Crimy. Dikhawatirkan pada proses pembusukan, virus Blek masih bisa ditularkan. Jadilah Blek dikubur di samping Sungai Bengawan Madiun. Tempat di mana Asllan sering melihat truk angkut pasir. Diharapkan ketika Asllan mengajak lihat truk angkut pasir, kami juga bisa menjenguk kuburannya Blek.
Ketika saya sampai Madiun, saya minta suami dan Asllan untuk mengantar saya ke kuburannya Blek. Dan tak kuasa saya tahan air mata ini. Tak tega rasanya mengingat Blek ada di dalam gundukan tanah itu. Tapi sekarang Blek sudah tidak sakit lagi. Dia sudah bermain-main di alam sana.
Ya, Blek meninggal tepat pada tanggal 5 Januari 2017. Tepat lima bulan sudah Blek menemani kami sekeluarga (5 Agustus 2016 – 5 Januari 2017).

Blek, kamu tahu kan kalau kami semua menyanyangimu?
Maafkan kami jika ada salah
Kami akan menjaga Crimy adikmu dengan sebaik-baiknya.
Selamat jalan Blek...

We Luv u Blek...


Tuesday 3 January 2017

Sejengkal Jarak

Postingan perdana di tahun 2017 adalah hasil tulisan saya yang berhasil memenangkan event mingguan FF kamis yang diselenggarakan oleh AE Publishing. Senang sekali bisa mendapat sebuah e-sertifikat. Berikut saya cantumkan tulisan lengkap beserta e-sertifikatnya.

Judul : Sejengkal jarak
Nama penulis : diti didot

Aku tak terbiasa dengan ini semua!
Aku tak terbiasa tak melihat kalian!
Hari-hari yang kulalui selama ini terasa indah bagiku. Melihat tingkah polah si kecil membuatku tertawa. Mendapatkan pelukan hangat suami setiap malam. Sebagai seorang ibu dan seorang istri pastinya lebih merasa berarti ketika mendampingi anak dan suami.
Meskipun dengan adanya anak yang masih berusia balita tentu membutuhkan perhatian yang lebih. Namun aku sangat menikmatinya. Aku bisa menyaksikan semua proses tumbuh kembangnya. Dan aku menjadi orang pertama yang melihat perkembangannya. Aku menjadi orang pertama yang dicarinya ketika dia menangis. 
Sebagai seorang ibu dan istri aku terus berusaha menyajikan menu sehat favorit anak dan suami. Aku turun ke dapur dengan semangat memasak dengan penuh cinta. Bahagianya aku ketika masakanku membuat suami menambah porsi makannya. Senangnya aku melihat si kecil lahap makan.
Masih terasa hangatnya suasana di rumah ketika sore hari. Selesai memandikan si kecil untuk menyambut ayahnya datang. Tibalah saat yang ditunggu yaitu bermain bersama. Rumah menjadi riuh dengan canda tawa kami. 
Ketika si kecil sakit, terbersit rasa khawatir di hatiku. Pasti juga di hati suamiku meski tidak menampakkannya. Sebagai ibu, aku terus memantau reaksinya seharian. Ketika dengan obat herbal kesehatannya sudah membaik, legalah kami. Dan akulah orang yang dicari ketika si kecil sakit. Dengan merengek dia akan meminta kugendong. 
Letih memang seringkali datang. Namun aku tak pernah mengeluh. Dengan memandangku saja suamiku sudah paham keletihanku. Dengan sabarnya aku direngkuhnya. Dipeluknya aku dan diusap rambutku sambil berkata “Sabar ya, Bunda. Ayah tau Bunda capek. Makanya sekarang ganti Ayah yang memanjakan Bunda”. Lalu akupun tertidur mendengar senandungnya.
Namun semua itu adalah delapan bulan yang lalu. Saat aku masih bersama mereka. Kini aku harus berpisah dengan mereka. Aku hanya bisa menemui mereka di akhir pekan saja. Sungguh hari-hariku terasa hampa, sepi dan sendiri. 
Aku rindu mereka!


Malang, 15 Desember 2016