Saturday 30 September 2017

Bersantai Di Taman Trembesi Madiun

Hari libur kali ini Asllan minta jalan-jalan ke tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Sempat terlintas di benak saya akan mengajak Asllan ke daerah Ponorogo. Namun niatan tersebut ditolak suami karena tidak ada persiapan yang matang.
Untung saja saya ingat pembicaraan teman-teman di kantor bahwa di belakang kantor telah dibuka taman baru. Dan ketika saya sampaikan ke suami maupun Asllan mereka setuju.
Hanya berjarak 700 meter dari rumah tibalah kami ke tempat tersebut. Taman Trembesi namanya. Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp. 3.000,-/orang kami langsung menuju tempat duduk yang dekat dengan stand karyawati kantor.
Taman Trembesi ini sebetulnya adalah TPK (Tempat Penimbunan Kayu) milik Perum Perhutani KPH Madiun. Saat ini menjadi optimalisasi asset bagi KPH Madiun, maka dibentuklah Taman Trembesi. Disebut Taman Trembesi karena pohon peneduhnya adalah Pohon Trembesi.
Wahana yang disajikan antara lain panahan dan arena tembak serta ATV. Tidak terlalu beragam memang, karena Taman Trembesi mempunyai daya tarik lain. Ayunan, meja kursi, spot selfi dan juga area api unggun mini sebagian besar terbuat dari kayu. Yang menjadi favorit kami adalah ketika daun trembesi gugur tertiup angin. Wah, sangat indah jika dijadikan latar untuk berfoto. Hal unik lain yang kami temui di tempat ini adalah meja kursi ayunan. Jadi ayunan ini sebaiknya dipakai untuk dua orang agar seimbang.
Tak lama bersantai, kami merasa lapar. Ini saatnya kami menuju stand kuliner. Warung yang tersedia semua dikelola oleh karyawan Perhutani. Terdapat sekitar enam stand yang menyediakan aneka makanan dan minuman.  Pilihan saya dan Asllan jatuh pada donat kentang, pentol goreng, serta lumpia. Untuk minumnya kami memilih milkshake cokelat.

Dari semua wahana yang ada hanya ATV yang dinaiki Asllan dan Ayahnya. Selebihnya kami lebih memilih duduk bersantai sambil menikmati snack yang telah kami pilih. Bisa dikatakan tempat ini layak menjadi pilihan bersantai di tengah kota Madiun.

Jangan Hanya Menyuruh

‘Anak adalah peniru ulung bukan pendengar yang baik’
Kalimat itu sering saya baca bahkan saya dengar. Dan saya akui kebenaran kalimat tersebut.
Asllan memang tidak terlalu suka dengan bermain air di waterpark atau kolam renang. Bermain air yang dia suka hanyalah ombak di pantai. Bisa dipastikan susahnya membujuk Asllan untuk mau ikut kegiatan berenang yang akan menjadi kegiatan di sekolahnya. Membujuk dengan rayuan, bahkan sampai kami jelaskan manfaat dan pentingnya berenang tetap tidak membuatnya bergeming. Tidak hanya satu kali, berkali-kali kami harus membujuknya ketika ada kegiatan berenang. Apakah berhasil? Jawabnya adalah ‘tidak’
Kalaupun Asllan mau ikut kegiatan tersebut, dia hanya bermain di pinggir kolam renang. Atau bahkan tidak mau masuk ke kolam sama sekali. Sekalinya mau masuk, pasti mimik mukanya cemberut bahkan bisa jadi dia menangis.
Saya dan suami berusaha keras mencari cara bagaimana Asllan mau berenang. Paling tidak  mau untuk masuk ke kolam renang dengan semangat dan ceria. Keinginan kami ini tidak terlalu berlebihan, bukan?
Akhirnya satu minggu sebelum pelaksanaan berenang dari sekolah, kami bertiga mencuri start untuk ‘berkenalan’ dengan lokasi yang akan digunakan. Kami beritahu Asllan bahwa agenda kami adalah berenang. Kami janjikan selalu mendampingi Asllan di kolam renang. Tidak lupa kami libatkan Asllan sejak persiapan keberangkatan. Perlengkapan masing-masing sudah siap. Mulai baju ganti, alat mandi dan bekal sudah tertata rapi. Point yang kami tekankan di sini adalah Asllan melihat bukti nyata bahwa Ayah dan Bundanya juga membawa perlengkapan yang dibutuhkan.
Selama dalam perjalanan menuju lokasi, Asllan terlihat ragu-ragu. Ada terbersit ketakutan pada mimik mukanya. Tak bosan kami menyakinkan Asllan bahwa kami akan ikut masuk ke kolam renang.
Tidak mudah membuat Asllan mau masuk kolam begitu saja. Asllan masih minta gandeng Ayahnya ketika menuju kolam. Begitu juga ketika Ayahnya sudah masuk ke kolam, Asllan masih duduk manis di tepi kolam. Perlahan – lahan Ayah pancing Asllan agar mau masuk ke kolam. Berbagai macam cara yang dilakukan Ayah. Mulai dari pura-pura tidak tahu bahwa ada lobang tempat masuknya air sampai lomba mengambil daun yang jatuh ke kolam. Akhirnya Asllan mau masuk ke kolam dan mulai berani jalan di air yang hanya setinggi lututnya saja.
Momen bahagia bagi saya adalah ketika Asllan dengan percaya diri mengajarkan saya apa yang baru saja dia lakukan bersama Ayahnya. Dia menunjukkan di mana letak lubang saluran air. Dia mengajarkan saya bahwa daun yang jatuh ke kolam harus diambil agar kolam kembali bersih. Dia melakukan semua itu dengan semangat. Di sini peran yang harus saya lakukan adalah pura-pura tidak faham tentang semua itu. Hal itu membuat Asllan akan menjelaskan dan mempraktekkan dengan semangat apa yang dia ketahui.
Di sinilah saya akui kebenaran kalimat di awal tulisan tadi. Saya itu takut air, saya tidak bisa berenang. Dan harus saya akui bahwa ketika masuk pertama ke kolam renang saya sangat deg-degan. Tentu saja hal itu saya sembunyikan dari Asllan. Dan tetap saya lakukan demi memberi contoh untuk Asllan.
Yang membuat saya sangat bahagia adalah Asllan tidak mau diajak pulang. Dia juga mengatakan “berenang itu enak, Bunda. Asllan tidak mau pulang sekarang. Mainan air lagi ya, Bun”

Akhirnya....sukses juga rencana yang kami buat agar Asllan berani berenang.