Thursday 15 March 2018

Bantar, Kucing Kecil Yang Tak Berumur Panjang (29 Januari 2017 – 13 Januari 2017)



Seperti biasa, setiap hari libur kami menyempatkan waktu untuk quality time. Hari minggu tanggal 29 Januari 2017, Asllan mengajak jalan-jalan sebagai pilihan quality time kami. Pilihan jalan-jalan jatuh kepada Taman Bantaran Kota Madiun.
Ketika kami selesai bermain dan hendak pulang, gerimispun datang. Agak terburu-buru kami menuju tempat parkir. Tiba-tiba terdengar tangisan kucing kecil. Pasti kucing kecil yang kedinginan. Saya mengajak Asllan untuk melihat dimana posisi kucing tersebut.
Ternyata di sebuah semak, terdapat seekor kucing kecil yang matanya belum melek. Dia menangis keras mencari induknya, sementara badannya telah sedikit basah. Tak perlu pikir lama, saya lantas membawanya pulang untuk dipiara. Yang jelas, saya berniat menyelamatkannya dari hujan deras yang mulai tiba.
Sampai di rumah, barulah kami menyadari bahwa kucing kecil ini belum membuka mata. Dia masih belajar jalan dengan mata yang masih tertutup. Tinggi telinganya belum melebihi kepalanya. Aduh, masih kecil sekali dia.

Saya dan suami berniat merawatnya. Paling tidak dia tidak kelaparan meski tanpa induknya. Kami memberinya nama Bantar karena ditemukan di Taman Bantaran. Kami tidak punya indukan kucing pada saat ini. Jadi kami memberinya susu dengan media dot. Memang tidak mudah, tapi dalam waktu satu hari saja Bantar sudah pintar menyusu dari dot.
Kami sedikit lega dengan kepintaran Bantar minum susu dari dot. Perutnya tidak pernah kempes. Dia selalu minum susu sampai kenyang kemudian tidur. Namun mulailah timbul masalah. Ternyata dalam usianya yang masih dalam hitungan hari (kurang lebih sepuluh hari), Bantar belum bisa menjilati tubuhnya.
Setiap selesai BAK dan BAB, saya atau suami bergantian membersihkan anus dan sekelilingnya menggunakan tisu kering. Dia tidur di dalam kardus yang kami isi dengan boneka berbulu dan sebotol air hangat. Terkadang kompres plastik berisi air hangat juga kami tambahkan agar semakin hangat. Dia sangat senang tidur di atas kompres tersebut.
Kemudian, tibalah Ayah harus menjemput saya ke Malang. Hanya satu hari saja sebenarnya perjalanan itu. Yang ada di rumah untuk menjaga Asllan dan Bantar adalah kakak ipar saya. Begitu saya dan Ayah tiba kembali di rumah, ternyata Bantar sudah basah kuyub. Jadi bekas BAK dan BAB selama satu hari tidak dikeringkan. Tapi perutnya masih gemuk tanda dia selalu kenyang.
Sayangnya, kejadian itu membuat kondisinya menurun. Meski langsung kami bersihkan saat itu juga. Nafsu minum susunya mulai berkurang. Meski tiap pagi dan siang selalu dijemur, tapi anus dan sekitarnya selalu basah. Hingga pada tanggal 13 Februari 2017 pukul 04.30 WIB kami temukan Bantar sudah mati.
Meski sedih tapi apalagi yang bisa kami lakukan? Kami lantas menguburnya di dekat Crimy dan anak-anak Jenggo.
Bantar...Maafkan kami, yang tidak bisa memeliharamu hingga dewasa.
Tapi setidaknya kamu telah kami makamkan dengan layak.