Seperti biasa, setiap hari libur kami menyempatkan waktu
untuk quality time. Hari minggu
tanggal 29 Januari 2017, Asllan mengajak jalan-jalan sebagai pilihan quality time kami. Pilihan jalan-jalan
jatuh kepada Taman Bantaran Kota Madiun.
Ketika kami selesai bermain dan hendak pulang,
gerimispun datang. Agak terburu-buru kami menuju tempat parkir. Tiba-tiba
terdengar tangisan kucing kecil. Pasti kucing kecil yang kedinginan. Saya
mengajak Asllan untuk melihat dimana posisi kucing tersebut.
Ternyata di sebuah semak, terdapat seekor kucing kecil
yang matanya belum melek. Dia menangis keras mencari induknya, sementara
badannya telah sedikit basah. Tak perlu pikir lama, saya lantas membawanya
pulang untuk dipiara. Yang jelas, saya berniat menyelamatkannya dari hujan
deras yang mulai tiba.
Sampai di rumah, barulah kami menyadari bahwa kucing
kecil ini belum membuka mata. Dia masih belajar jalan dengan mata yang masih
tertutup. Tinggi telinganya belum melebihi kepalanya. Aduh, masih kecil sekali
dia.
Saya dan suami berniat merawatnya. Paling tidak dia
tidak kelaparan meski tanpa induknya. Kami memberinya nama Bantar karena
ditemukan di Taman Bantaran. Kami tidak punya indukan kucing pada saat ini.
Jadi kami memberinya susu dengan media dot. Memang tidak mudah, tapi dalam
waktu satu hari saja Bantar sudah pintar menyusu dari dot.
Kami sedikit lega dengan kepintaran Bantar minum susu
dari dot. Perutnya tidak pernah kempes. Dia selalu minum susu sampai kenyang
kemudian tidur. Namun mulailah timbul masalah. Ternyata dalam usianya yang
masih dalam hitungan hari (kurang lebih sepuluh hari), Bantar belum bisa
menjilati tubuhnya.
Setiap selesai BAK dan BAB, saya atau suami bergantian
membersihkan anus dan sekelilingnya menggunakan tisu kering. Dia tidur di dalam
kardus yang kami isi dengan boneka berbulu dan sebotol air hangat. Terkadang
kompres plastik berisi air hangat juga kami tambahkan agar semakin hangat. Dia
sangat senang tidur di atas kompres tersebut.
Kemudian, tibalah Ayah harus menjemput saya ke Malang.
Hanya satu hari saja sebenarnya perjalanan itu. Yang ada di rumah untuk menjaga
Asllan dan Bantar adalah kakak ipar saya. Begitu saya dan Ayah tiba kembali di
rumah, ternyata Bantar sudah basah kuyub. Jadi bekas BAK dan BAB selama satu
hari tidak dikeringkan. Tapi perutnya masih gemuk tanda dia selalu kenyang.
Sayangnya, kejadian itu membuat kondisinya menurun.
Meski langsung kami bersihkan saat itu juga. Nafsu minum susunya mulai berkurang.
Meski tiap pagi dan siang selalu dijemur, tapi anus dan sekitarnya selalu
basah. Hingga pada tanggal 13 Februari 2017 pukul 04.30 WIB kami temukan Bantar
sudah mati.
Meski sedih tapi apalagi yang bisa kami lakukan? Kami
lantas menguburnya di dekat Crimy dan anak-anak Jenggo.
Bantar...Maafkan
kami, yang tidak bisa memeliharamu hingga dewasa.
Tapi
setidaknya kamu telah kami makamkan dengan layak.