Monday 25 March 2024

Terima Kasih Untuk Diriku Sendiri

 

sumber foto : https://bidikutama.com/

Moment lebaran biasanya menjadi salah satu self reward bagi saya. Setelah melalui Bulan Ramadan selama 30 hari dengan segala hiruk pikuknya, saatnya saya berterima kasih kepada diri sendiri. Berterima kasih karena sudah berhasil melaluinya dengan tangguh dan kuat. Wajar donk, ketika saya menghargainya dengan cara saya sendiri.

Beberapa cara sederhana saya untuk memberikan self reward adalah dengan membeli kebutuhan yang selama ini tidak ada di tempat tinggal saya. Barang tersebut hanya dijual di Kota Kelahiran saya. Biasanya saya sudah membuat list barang apa saja yang selama ini saya butuhkan itu. Sehingga ketika mudik ke kampung halaman, saya pasti akan berburu mencarinya.

Jangan dikira barang yang saya cari adalah barang yang bernilai mahal, loh. Seringkali barang tersebut adalah barang sepele. Salah satu contohnya adalah teh tubruk merk Tang dan Tjatoet. Entah kenapa dua merk tersebut tidak bisa saya jumpai di kota tempat tinggal. Saya sudah berkeliling mulai dari supermarket dan minimarket, bahkan sampai bergerilya di pasar tradisional tetap hasilnya nihil. Pernah saking penasarannya saya dan suami berburu teh tersebut hingga ke pasar kabupaten sekitar. Apakah berhasil? Tentu saja tidak….

Sebetulnya bisa dibeli di toko online orange atau hijau. Kalau sudah kepepet dan benar-benar tidak ada stok, jalan ninja tersebut yang saya lakukan. Tapi berburu teh dengan dua merk di pasar dekat rumah mamah bisa menjadi salah satu kebahagiaan sederhana bagi saya. Sekalian nostalgia masa kecil dan cuci mata di pasar.

Nah, sambil cuci mata terkadang bisa menemukan sesuatu yang lucu dan menarik. Kalau sehari – hari selalu saya pertimbangkan apakah dibutuhkan atau tidak, ketika self reward biasanya langsung saya beli ketika hati ini sudah berteriak inginkannya. Tidak hanya barang yang sepele, terkadang barang yang bernilai agak tinggi (bagi saya) tetap saya beli.

Selain belanja alias ada barang fisik yang saya bawa pulang, self reward bisa berupa liburan yang menjadikan hati merasa rileks dan fresh. Kebetulan saya adalah orang yang suka traveling. Jadi healing ke objek wisata sudah menjadikan saya senang. Tak hanya healing, makan di tempat yang belum pernah saya kunjungi juga membuat saya bahagia.

Namun ketika mager melanda atau cuaca tidak mendukung, self reward yang saya lakukan adalah mengundang homecare langganan. Saya melakukan perawatan mulai dari hairmask, facial, lulur badan, massage, hingga manicure pedicure.

Sekali lagi saya sampaikan bahwa itulah cara saya berterima kasih kepada diri sendiri. Ingat, bahwa kesenangan masing-masing individu adalah berbeda. Mungkin bagi sebagian orang cara saya tersebut dianggap boros, dan ribet. Tapi itulah yang bisa membuat saya senang. Tentu saja saya sudah mempertimbangkan dengan finansial yang ada.

Misal tentang healing di objek wisata. Objek wisata yang dipilih tentu saja dengan HTM dan wahana yang sesuai dengan kondisi kantong. Sekarang banyak kok tempat wisata yang ramah di kantong tapi tetap memuaskan.

Jangan sampai, kegiatan self reward yang harusnya ditujukan untuk menghargai diri sendiri berbalik menjadi menyusahkan. Yang ada malah diri ini menjadi makin pusing memikirkan budget yang sudah dikeluarkan tapi ternyata membuat kantong kering.

Ada banyak sekali cara lain yang bisa dilakukan untuk self reward. Yang perlu diingat bahwa tujuan utama self reward adalah berterima kasih kepada diri sendiri sehingga memunculkan rasa bahagia. Dengan kebahagiaan yang ada membuat kita jadi lebih semangat dalam menjalani hidup dan lebih produktif.

Jadi, bijaklah memilih cara untuk self reward.

Sunday 24 March 2024

Keseruan Mudik Yang Bikin Kangen

 

sumber foto : https://id.pngtree.com/

Kalau boleh jujur, saya merasakan fenomena mudik baru setelah bekerja. Karena sejak lahir hingga lulus kuliah saya tinggal Bersama orang tua. Kebetulan rumah orang tua berada satu kota dengan rumah eyang. Jadi momen lebaran masa kecil saya dihabiskan dengan healing di tempat wisata yang sudah bisa dipastikan penuh sesak selama libur lebaran.

Sejak saya diterima kerja dan ditempatkan di kota yang berbeda dengan orang tua dan keluarga besar, dari sinilah cerita mudik dimulai. Belum lagi sekarang sudah ada suami dan anak yang harus ikut mudik. Alhamdulillah saya ketemu suami yang berasal dari kota yang sama dengan kota kelahiran saya.

Satu hal yang selalu saya prioritaskan untuk mudik baik ketika belum menikah sampai saat ini adalah tiket mudik dan balik. Sejak dahulu saya selalu memilih kereta api untuk transportasi mudik. Karena dengan menggunakan kereta api lama perjalanan yang harus ditempuh hanya dua jam saja. Berbeda ketika menggunakan armada bus maupun mobil. Meskipun sudah lewat tol, tapi lama perjalanan bisa memakan waktu 3,5 sampai 4 jam. Belum lagi, ketika tidak lewat tol, bisa memakan waktu 5 sampai 6 jam perjalanan untuk sampai di kota kelahiran. Sungguh sangat menghemat waktu ketika saya memilih kereta api.

Akan tetapi, perjuangan mendapatkan tiket kereta tidak segampang tiket bus maupun naek kendaraan pribadi. Harus menghitung hari dan jam keberangkatan agar sesuai dengan jam masuk kantor. Dan saya harus pesan sebelum bulan puasa tiba. Demi nyamannya, tiket yang saya pesan langsung tiket pulang pergi.

Masalah transportasi sudah beres, maka tinggal menikmati perjalanan mudik Bersama suami dan anak. Setelah tiba di stasiun tujuan yang hanya berjarak 15 menit dari rumah orang tua, cerita selanjutnya adalah kegiatan di rumah mamah.

Sebenarnya ada kegiatan yang sudah hilang semenjak nenek meninggal. Yaitu membuat apem, untuk kegiatan menyambut bulan suci Ramadhan. Apem dibuat sendiri oleh mamah, dan adik-adiknya atas komando dari nenek. Mulai dari membuat adonan apem hingga mencetaknya, semuanya atas komando nenek. Saya yang masih SD saat itu bertugas mengantarkan apem yang telah matang ke tetangga. Namun saat ini, mamah lebih memilih pesan alias minta tolong tetangga untuk membuatnya.

Sampai saat ini, mamah berusaha mengikuti tradisi nenek selama lebaran. Salah satunya adalah menu yang dihidangkan selama lebaran. Yang tidak boleh ketinggalan adalah lontong atau kupat, sayur opor, sambel goreng hati dan daging gelinding, telur bumbu kecap, serta kerupuk. Menu ini selain dihidangkan di rumah sebagai menu keluarga, tidak lupa dibagikan juga ke tetangga sekitar yang berbeda agama. Hal itu sudah dilakukan nenek sejak dahulu kala. Untuk menjaga kerukunan antar tetangga, alasan nenek kala itu.

Dan tugas saya dan mamah adalah belanja hati ayam dan daging giling di supermarket dekat rumah. Sampai hari ini tugas itu masih melekat kepada saya. Selain belanja tugas saya berikutnya adalah ikut mengantar semua menu tersebut kepada tetangga yang ditunjuk. Sekali lagi, tugas tersebut masih saya kerjakan.

Kegiatan sakral pada saat lebaran di keluarga saya adalah sungkeman. Sungguh sangat terasa keharuan pada acara ini. Mamah sebagai orang tua duduk di kursi, lalu kami sebagai anak cucunya melakukan sungkem dan meminta maaf atas semua kesalahan selama ini. Sudah bisa dipastikan tetesan air mata penyesalan selalu muncul. Apalagi saya merasakan mulai berkurangnya anggota keluarga seiring dengan usia yang semakin menua.

Sungguh, keseruan rutin tiap tahun yang selalu saya rindukan…

Saturday 23 March 2024

Yakin Akan Pertolongan Tuhan

 

sumber foto : https://katadata.co.id/

Diakui atau tidak, sebagai manusia pasti mengalami sebuah perjalanan hidup yang tidak mudah. Cobaan hidup bagaikan sahabat karib yang sering menyapa. Berusaha sekuat tenaga untuk bisa menghadapi semua ujian hidup. Entah bagaimana caranya harus tetap semangat dan tidak boleh menyerah pada keadaan. Jika sudah seperti itu hanya doa yang bisa dipanjatkan kepada Sang Maha Segalanya.

Salah satu perjalanan hidup yang bisa saya ambil pelajaran dan  membuktikan bahwa pertolongan Allah itu nyata adalah tentang bagaimana saya mendapatkan rumah pribadi sebagai tempat tinggal bersama keluarga kecilku hingga saat ini.

Cerita ini berawal ketika saya bekerja di kota yang berbeda dari keluarga besar. Bahkan bisa dibilang beda propinsi. Selama empat tahun pertama, saya dan keluarga kecil tinggal di rumah kontrakan yang tidak jauh dari kantor. Dengan pertimbangan bisa menghemat ongkos transportasi.

Semakin lama mulai terbersit pemikiran kenapa tidak beli rumah yang nantinya bisa menjadi hak milik. Selama empat tahun tinggal di rumah kontrakan, saya sudah menghabiskan uang sejumlah kurang lebih 50 juta rupiah untuk membayar sewa. Apabila uang tersebut digunakan untuk DP tentunya saya sudah memiliki rumah pribadi bukan?

Pemikiran itu saya sampaikan kepada suami, Alhamdulillah suami sangat setuju dan mendukung. Kesepakatan yang kami buat saat itu adalah lokasi rumah yang dipilih ada di kota dimana saya ditempatkan bekerja saat ini.

Saya dan suami semakin intens untuk berdiskusi tentang konsep rumah yang kami inginkan. Rumah yang berada di tengah kota, dan mempunyai halaman yang luas. Kesepakatan tersebut karena sesuai dengan kondisi kami yang pecinta kucing dan tanaman. Tentu saja membutuhkan ruangan dan halaman yang luas untuk mendukung hoby kami. Kami juga memilih lokasi di tengah kota atau paling tidak berada dalam administrasi kota untuk memudahkan akses ke kantor, sekolah atau pendidikan, kesehatan dan kemudahan transportasi lainnya.

Tapi ternyata, uang yang kami miliki hanya 300 juta rupiah. Angka sebesar itu bukan berarti semuanya berupa uang cash, ya. Karena angka tersebut terdiri dari uang cash dan juga pinjaman bank. Dengan uang yang “hanya” sebesar itu, suami langsung pesimis bisa mendapatkan rumah di dalam kota. Suami sadar diri dengan harga rumah di tengah kota yang rasanya mustahil dapat terbeli dengan dana yang kami miliki. Suami membujuk saya agar bersedia mencari rumah di pinggiran alias di wilayah administrasi kabupaten. Tapi saya tetep kekeuh untuk mencari rumah di tengah kota, meskipun saya sadar diri tentang rumah yang kemungkinan saya dapatkan. Pasti tidak akan di pinggir jalan raya, dan berupa rumah tua. Meskipun saya yakin masih bisa mendapatkan rumah dengan halaman yang luas.

Seringkali saya dicemooh oleh teman, saudara dan lingkungan sekitar yang mengetahui tentang keinginan saya dalam memilih rumah dan keuangan yang saya miliki. Bahkan banyak yang mentertawakan dan akhirnya berhenti memberi informasi tentang rumah yang dijual. Salah satu sahabat saya menghadiahi peribahasa untuk saya “bagaikan mencari jarum dalam jerami”.

Tapi sekali lagi saya masih memiliki keyakinan yang kuat bisa mendapatkan rumah tengah kota dengan halaman yang luas. Tak henti-hentinya saya langitkan keinginan saya dalam setiap sujud setiap hari. Saya selalu mohon kepada Allah SWT untuk mengabulkan keinginan saya tersebut.

Hingga suatu hari, suami diberi informasi oleh seorang teman tentang rumah dijual di tengah kota. Dan saya langsung semangat untuk melihat rumah yang dimaksud. Rumah pertama yang dilihat, belum terlalu cocok di hati. Begitu juga rumah kedua dan ketiga tidak bisa merebut hati kami. Hingga kami putuskan untuk pulang dan berencana melanjutkan pencarian di keesokan harinya.

Namun, ketika melewati sebuah jalan, teman suami teringat bahwa di lokasi tersebut terdapat rumah milik saudaranya yang dijual. Karena rumah tersebut sejalan dengan perjalanan pulang, kami iseng-iseng melihatnya. Alhamdulillah rumah itulah yang bisa cocok dengan keinginan kami. Mempunyai halaman yang luas, dengan luas tanah kurang lebih 400 m2. Satu lagi yang sangat membuat kami bersyukur adalah harga rumah yang ditawarkan kurang dari dana yang kami miliki.

Alhamdulillah, rumah itulah yang akhirnya menjadi rumah kami hingga saat ini. Sesuai dengan keingan kami dan kami legowo dengan kondisi rumah tersebut. Merupakan rumah tua, dan masuk gang (tidak berada di pinggir jalan utama) tapi mobil masih bisa masuk.

Sekelumit perjalanan hidup ini membuat saya semakin yakin bahwa pertolongan Allah itu nyata. Bagi kita yang memiliki keyakinan, terus berusaha dan selalu melangitkan doa.

Jangan pernah menyerah, yaaa…..

Friday 22 March 2024

Ketika Anak Mulai Berpuasa

 

sumber foto : https://www.kompas.tv/

Sebagai orang tua, kita memiliki kewajiban untuk mengajarkan agama kepada anak. Salah satunya adalah mengajarkan puasa. Karena puasa adalah salah satu rukun islam yang harus dilakukan oleh muslim. Tapi siapa bilang mengajarkan anak berpuasa adalah suatu hal yang mudah? Penuh tantangan pastinya. Karena puasa itu adalah menahan hawa nafsu salah satunya adalah menahan lapar dan dahaga. Dan itu adalah sesuatu yang berat bagi anak-anak. Tapi kita harus sabar dan terus berjuang dalam mengajarkannya. Nah, ini adalah beberapa cara saya ketika mengajarkan anak berpuasa :

Beri pengertian sesuai umur

Bagi saya, mengajarkan puasa kepada anak haruslah sedini mungkin. Saya tidak ingin terlambat mengenalkannya. Tentu saja umur anak menjadi salah satu pertimbangan yang paling penting. Anak dengan usia 3 tahun cukup saya beri pengertian tentang istilah puasa yang berarti menahan makan dan minum mulai fajar hingga matahari terbenam.

Beri contoh

Anak itu akan lebih mudah meniru daripada hanya sekedar mendengarkan. Setelah memberi pengertian tentang puasa, maka sebagai orang tua kita harus memberi contoh. Ketika saya sedang puasa, saya bercerita kepada anak bahwa saya tidak makan dan minum sampai adzan maghrib. Jadi ketika anak meminta saya untuk mencicipi makanan yang baru dia beli, saya akan menolaknya dengan alasan bahwa saya sedang puasa.

Begitu juga ketika tiba waktu untuk memasak, menyiapkan makanan, maupun menyuapi. Saya akan memperlilhatkan bahwa saya tidak memasukkan apapun ke dalam mulut. Meskipun dia tetap makan sesuai jam makan, tapi anak bisa melihat bahwa orang tuanya tidak ikut makan.

Minta anak mempraktekannya secara bertahap

Saat anak sudah mulai lebih besar (kurang lebih umur 5 tahun) saya akan meminta anak mulai berlatih puasa. Metode yang saya gunakan adalah puasa secara bertahap. Mulai dari bangun pagi untuk makan sahur saya melibatkan anak. Anak saya bangunin untuk bisa makan sahur Bersama ayah bundanya. Kemudian setelah sholat subuh adalah saat dimulainya puasa. Saya akan pantau sampai pukul berapa anak mulai menyerah dengan rasa laparnya.

Ketika anak sudah mulai berbuka di jam 10 pagi, saya akan mengijinkannya. Saya akan menyiapkan aneka takjil, minuman dan makan besar untuk disantapnya. Kemudian setelahnya saya tidak akan memintanya melanjutkan puasanya di hari itu.

Esok harinya saya akan memantau perkembangan puasanya. Target saya paling tidak hari ini anak bisa menahan lapar dan dahaganya lebih lama satu jam dari hari sebelumnya. Seperti it uterus yang saya lakukan.

Hingga tiba saatnya anak berusia 7 tahun, saya harus mengingatkan dan menyemangati agar bisa menyelesaikan puasanya sampai adzan maghrib tiba.

Mulai umur 7 th beri pengertian ttg wajib

Mengingatkan dan menyemangati anak untuk menyelesaikan puasanya hingga maghrib tidak hanya via perintah. Tapi mulai usia 7 tahun ini saya akan menceritakan tentang dosa meninggalkan puasa, kewajiban seorang muslim dan keutamaan bulan ramadan. Harapannya ketika anak mengetahui alasan atau cerita dibalik kewajiban berpuasa akan menambah kesadaran dirinya menyelesaikan puasanya.

Reward berupa makanan/minuman yang diinginkannya

Mungkin sebagian orang tua akan memberikan reward kepada anak ketika bisa menyelesaikan puasanya selama sebulan penuh. Sah-sah saja sebenarnya karena memang cara orang tua mengajarkan puasa kepada anak adalah berbeda-beda. Saya sebenarnya juga memberikan reward kepada anak ketika puasa. Hanya saja reward tersebut sebatas mengabulkan permintaannya tentang makanan yang diinginkan. Dan saya akan mengabulkannya di hari itu (hari dimana dia minta) dan untuk menu takjil, makan besar maupun makan sahur. Saya tidak memberikan reward ketika anak berhasil menyelesaikan puasa sebulan penuh. Karena nantinya itu merupakan kewajibannya sebagai muslim. Saya hanya akan mengucapkan terima kasih ketika dia berhasil menyelesaikan puasanya selama sebulan tanpa bolong.

Sekali lagi, itu adalah cara saya untuk mengajarkan anak berpuasa yang pastinya berbeda dengan yang lain. Silakan diambil yang baik dan tinggalkan yang jelek. Pada dasarnya tidak ada orangtua yang mengajarkan keburukan untuk anaknya.

 

Thursday 21 March 2024

Kulit Tubuh Tetap Fresh Selama Puasa? Ini Caraku

 

sumber foto : https://nova.grid.id/

Selama puasa, mengharuskan kita menahan makan dan minum. Tentu saja cairan tubuh akan berkurang yang mengakibatkan kulit kering. Namun jangan sampai puasa menjadikan kulit kering dan pucat. Ini adalah beberapa cara saya dalam menjaga kulit tetap lembab dan fresh selama puasa

Minum air putih

Cara yang paling mudah adalah dengan mengkonsumsi air putih yang cukup. Minimal 2 liter tiap hari (bagi yang sehat dan tidak ada keluhan apapun). Nah, kita harus mengatur konsumsi air putih selama puasa. Bisa diminum 1 gelas setelah makan takjil, 1 gelas sebelum berangkat tarawih, 1 gelas setelah pulang tarawih, 1 gelas selesai makan besar, 1 gelas sebelum tidur, 1 gelas saat bangun tidur sebelum sahur, 1 gelas selesai makan sahur dan 1 gelas saat imsyak. Tentu saja pengaturan ini disesuaikan dengan kondisi tubuh masing-masing.

Konsumsi buah dan sayur

Selain air putih, asupan yang saya perbanyak adalah buah dan sayur. Kalau buah dan sayur bebas banget akan diolah seperti apa. Buah bisa langsung dikonsumsi sebagai buah potong, salad buah maupun juice buah. Kalau sayur bisa dalam bentuk lalapan, sayur, maupun pecel. Selain bisa menjadikan kulit lebih fresh, sayur dan buah juga sangat meningkatkan stamina selama puasa. Badan jadi terasa segar dan tidak lemas ketika asupan sayur dan buah tercukupi.

Minum vitamin kulit

Minum suplemen atau vitamin kulit juga sangat membantu dalam menjaga kesehatan kulit selama puasa. Yang perlu diperhatikan adalah memilih suplemen atau vitamin kulit harus disesuaikan dengan kondisi tubuh dan juga harus dinyatakan aman oleh BPOM. Bisa juga dengan hasil konsultasi dokter jika diperlukan. Jangan sampai niat ingin menjadikan kulit lebih fresh malah jadi malapetaka karena salah pilih suplemen atau vitamin kulit.

Membersihkan wajah sebelum tidur

Cara yang saya gunakan selain dari berbagai asupan yang dikonsumsi adalah dengan rutin membersihkan wajah sebelum tidur. Rutinitas ini dilakukan tidak hanya selama puasa saja, tapi sudah menjadi kebiasaan sehari – hari. Membersihkan wajah yang paling mudah adalah menggunakan susu pembersih dan penyegar. Bisa juga menggunakan serum bagi yang sudah terbiasa. Sekali lagi saya mengingatkan dalam memilih merk kosmetik haruslah yang sudah dinyatakan aman oleh BPOM. Akan lebih baik lagi kalau ada rekomendasi dari dokter kulit.

Olah raga ringan

Selama puasa jangan biarkan tubuh kurang gerak karena akan menjadikan tubuh makin lemas. Puasa tidak menghalangi kita untuk olah raga. Tinggal disesuaikan saja jenis olahraganya. Yoga bisa menjadi salah satu pilihan olahraga yang digemari saat puasa. Dengen gerakan yang pelan dan banyak peregangan menjadikan tubuh rileks dan segar. Keringat juga akan muncul ketika olahraga. Nah, dengan keringat yang muncul ini maka kulit tidak menjadi kering. Jangan takut berolahraga ketika puasa, ya!

Banyak senyum

Dari sisi batiniah yang bisa dilakukan untuk menjaga kulit agar tetap fresh selama puasa adalah senyum. Dengan banyak senyum maka wajah kita akan lebih menyenangkan untuk dipandang. Sehingga bisa memunculkan aura kesenangan dan semangat bagi diri kita sendiri maupun lingkungan di sekitar kita. Ketika semangat sudah muncul maka melakukan semua kegiatan di Bulan Puasa menjadi sangat ringan dan bisa mengusir rasa malas. Terkadang ketika rasa malas sudah datang, untuk sekedar membersihkan wajah sebelum tidur saja menjadi sangat berat dilakukan. Oleh karena itu rasa semangat harus dijaga agar tidak menghilang dari diri kita

 

Bersihkan hati

Yang lebih penting lagi adalah bersihkan hati, dan selalu berpikiran positif. Hal itu akan menjadikan hati kita lebih nyaman melalui rangkaian perjalanan hidup. Percayalah ketika hati bersih maka semua vibes positif akan menghampiri kita. Dan menjadikan kita lebih sehat jiwa dan raga.

Nah, semoga tulisan ini bermanfaat ya…

Wednesday 20 March 2024

Caraku, Agar Menu Selama Puasa Tetap Bervariasi

Sumber foto : https://www.indoview.com/

 

Puasa selama 30 hari artinya 30 kali makan sahur dan 30 kali mencari takjil untuk berbuka. Meskipun dalam kondisi puasa, tidak boleh menyerah dengan keadaan untuk tetap semangat menyiapkan menu favorit keluarga.

Saya adalah ibu bekerja yang tidak jago masak. Jadi lumayan menjadi PR bagi saya untuk menyusun dan menyiapkan menu selama puasa. Meskipun dengan beberapa jalan ninja yang saya pakai, tapi akhirnya tersusunlah menu selama sebulan. Apa saja cara yang saya lakukan?

Menyusun menu mingguan

Menu adalah hal penting bagi saya. Karena dengan adanya menu sangat membantu dalam rencana membuatnya. Nah, menu yang paling laris tentu saja menu request dari suami dan anak. Jadi saya akan menanyakan menu yang mereka inginkan dalam kurun waktu satu minggu ke depan. Karena untuk kurun waktu lebih dari itu, mereka sudah bingung menjawabnya.

Di awal minggu saya mencatat keinginan suami dan anak. Mulai dari minuman, takjil sayur maupun lauk yang mereka inginkan

Belanja untuk mingguan

Dengan bekal catatan menu yang sudah diperoleh di awal minggu, akan mempermudah saya dalam belanja bahan yang dibutuhkan. Nah, belanja juga ada tips yang sebaiknya dilakukan. Yaitu belanja bahan yang awet alias bisa disimpan dalam kurun waktu satu minggu. Tentu saja cara penyimpanan menjadi kunci utama keawetan bahan makanan.

Belanja yang paling simpel adalah pesan di tukang sayur langganan. Cukup ambil handphone lalu chat whatsapp ke tukang sayur bahan apa saja yang kita perlukan. Jangan lupa sebutkan kapan kita butuh bahan tersebut diantar ke rumah. Tapi kalau ingin sambil cuci mata, belanja bahan masakan bisa dilakukan di pasar tradisional maupun di supermarket.

Curi start persiapan masak

Menu sudah di tangan, bahan masakan sudah berdiam diri di kulkas, saatnya kita eksekusi. Nah, membagi waktu adalah PR terbesar saya. Ketika pulang kerja otomatis dan sangat wajar ketika saya merasakan capek. Inginnya langsung istirahat sambil jadi kaum rebahan di kasur. Tapiiii… tentu saja itu hanya angan-angan. Yang saya lakukan ketika pulang kerja adalah menyiapkan minuman dan takjil untuk berbuka. Karena kebiasaan di keluarga saya adalah menyantap takjil pada saat berbuka. Setelah sholat tarawih baru makan besar.

Nah, dengan kebiasaan yang seperti itu sangat membantu saya dalam menyiapkan makan besar. Biasanya selepas sholat maghrib, saya mulai masak untuk makan besar. Karena bisa langung jadi dengan rasa yang mantab (sudah buka puasa, otomatis bisa cicip…)

Namun ketika masih ada waktu selepas menyiapkan takjil, maka saya langsung melanjutkan dengan curi start masak untuk makan besar. Contohnya mengupas dan mengiris bahan makanan meski belum masuk ke dalam kompor.

Koreksi dan finalisasi rasa

Hampir bisa dipastikan bahwa saya 90% melakukan koreksi rasa setelah sholat maghrib. Rasanya puas dan PD ketika masakan sudah saya cicip. Baik untuk melanjutkan sesi masak setelah curi start sebelum buka maupun hanya untuk koreksi rasa

Beli (sesuaikan sikon)

Namanya pekerjaan tidak akan bisa ditebak. Terkadang bisa sesuai timeline, dan tidak jarang pekerjaan harus di luar timeline. Apalagi ketika harus dinas luar kota yang secara mendadak dan tidak bisa dihindari. Kalau sudah begitu saatnya jalan ninja saya keluarkan. Yaitu “semuanya beli”, baik minuman, takjil maupun makan besar semuanya beli.

Nah, itu tadi sekelumit cerita dari saya dalam menyusun menu selama sebulan. Perlu digaris bawahi bahwa kondisi yang saya alami pastinya berbeda untuk setiap orang. Jadi, silakan dicontoh yang baik, dan tinggalkan yang buruk, yaaaaa….

Tuesday 19 March 2024

Ramadan Tiba

 

sumber foto : https://priangan.tribunnews.com/

Sebagai umat muslim, tentu saja sangat menantikan hadirnya Bulan Ramadan sebagai bulan penuh berkah dan ampunan. Pasti sudah terbayang keistimewaan bulan tersebut di masing-masing pribadi umat muslim, tak terkecuali dengan saya.

Namun, tentu saja tidak hanya tentang persiapan hati dan spiritual saja. Sebagai seorang istri dan ibu yang bekerja saya juga memikirkan persiapan diri saya sendiri alias persiapan duniawinya. Mulai dari membagi waktu untuk bekerja dan keperluan rumah tangga.

Satu minggu sebelum puasa, saya berburu sembako. Baik untuk keperluan sehari-hari selama puasa maupun untuk bingkisan lebaran yang dibagikan ke tetangga sekitar yang membutuhkan. Bukan karena sombong dan banyak uang saya menyiapkan semuanya di jauh hari sebelum puasa. Ada beberapa alasannya, antara lain harganya belum terlalu naik alias masih berada di harga normal dan tentu saja belum ramai orang sehingga belum berdesak-desakan dalam membelinya. Tapi tidak semua sembako bisa dibeli saat sebelum puasa. Harus dipertimbangkan juga jenis sembako yang awet disimpan.

Persiapan lainnya adalah pembuatan kue kering. Kue kering yang bisa dibuat sebelum puasa adalah kastangels, lidah kucing dan sagu keju. Untuk nastar saya buat terakhir karena ada isian selai yang membuatnya lebih enak dikonsumsi ketika masih fresh. Hanya empat jenis tersebut yang saya sanggup bikin di  Bulan Ramadan. Selain karena memang kue kering favorit keluarga, empat jenis tersebut yang paling laris manis selama ini.

Kalau untuk bahan pembuatan kue kering ini lebih awet, asal disimpan secara benar dan tepat. Sehingga semua bahan kue kering juga menjadi bahan yang saya siapkan sebelum puasa. Mulai dari pertepungan alias segala jenis tepung, pergulaan alias segala jenis gula dan juga margarin serta mentega. Untuk telur saya tidak menyiapkan dalam jumlah banyak. Tapi sesuai kebutuhan sehingga bisa mendapatkan telur yang fresh.

Untuk menyiapkan fisik rumah, saya membersihkannya secara keseluruhan mulai dari menyapu, mengepel, mencuci mukena, sajadah, sarung, mengganti seprei dan handuk. Sehingga semua yang ada di dalam rumah bersih dan menambah semangat dalam menyambut puasa ramadan.  

Hingga tibalah di hari pertama puasa ramadan tahun ini. Salah satu yang menjadi kebahagian kecil di tahun ini adalah libur cuti bersama di hari pertama puasa. Mungkin bagi sebagian ibu rumah tangga hal itu bukanlah sebagai kebahagiaan tapi sudah menjadi biasa. Tapi bagi saya yang merupakan ibu bekerja, hari libur adalah hari yang Istimewa.

Menu sahur pertama saya dan keluarga adalah capcay kuah komplit yang berisi wortel, jagung, kentang, sawi hijau, bakso dan udang. Pilihan menu ini karena komplit nilai gizinya, dan segar karena berkuah bening. Selain itu cara membuatnya mudah alias tidak ribet. Alhamdulillah makan sahur berjalan lancar. Suami dan anak sangat lahap dan yang bikin melayang adalah pujian enak yang keluar dari mulut anak ganteng, Asllan.

Untuk takjil buka puasa hari pertama, Asllan bilang ingin mendoan dengan sambel kecap. Minumnya teh manis panas. Kalau ayahnya tidak terlalu rewel, cukup mengikuti keinginan dari Asllan saja. Setelah mendapat permintaan dari Asllan, maka saya meluncur ke warung sekitar rumah untuk beburu tempe. Karena memang saya tidak punya persediaan tempe. Saking semangatnya, saya beli dua papan tempe yang akan saya olah saat menjelang buka puasa.

Tapi oh tetapi…

Tamu bulanan saya hadir tanpa permisi. Dengan tenangnya dia hadir saat saya persiapan Sholat Dhuhur. Batal deh puasa hari pertama saya. Dan masih batal hingga hari ini (19 Maret 2024).