Postingan kali ini masih membahas seputar kehamilan pertama saya
yaitu tentang adat mitoni atau sering dibilang “tujuh bulanan” yang kebetulan
dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2012. Biasanya upacara adat ini dilakukan
pada kehamilan anak pertama saja. Upacara adat mitoni ini tentu saja sebagai
salah satu unsur kebudayaan Jawa khususnya, dan pelaksanaannya tidak lepas dari
urutan atau tata cara yang memiliki makna tersendiri. Secara garis besar
pelaksanaan mitoni yang saya lalui antara lain diawali dengan sungkeman,
siraman, ganti busana, potong janur, brobosan, ngopeni susuh, makan, dan
diakhiri dengan dodol dawet. Tentu saja tak lupa dilengkapi dengan ubo rampe
dan dekorasinya..berikut ini adalah foto – foto pelaksanaan mitoni mulai dari
ubo rampe & dekorasi, siraman, serta prosesi.
Adapun penjelasan dari masing – masing urutan saya sadur dari
buku karangan Tjaroko HP Teguh Pranoto yang
berjudul “ Tata Upacara Adat Jawa” (tentunya disesuaikan dengan tata
cara yang saya laksanakan – karena tidak semua urutan saya laksanakan), kurang
lebih seperti tulisan di bawah ini.
Mitoni atau tujuh bulanan atau tingkeban adalah upacara adat
Jawa yang dilakukan pada kehamilan pertama yang memasuki usia kehamilan tujuh
bulan. Pada usia kehamilan tujuh bulan bayi sudah berada pada posisi yang siap
lahir. Upacara mitoni diawali dengan siraman yang dilakukan di luar kamar
mandi, dengan dihiasi janur kuning dan dilengkapi dengan kursi tanpa sandaran
untuk duduknya si calon ibu ketika prosesi siraman berlangsung. Air yang
digunakan berasal dari 7 sumur/sumber air dan dilengkapi dengan kembang
setaman. Dua buah degan (kelapa gading muda) yang masing - masing bergambar tokoh wayang dewi ratih dan
kamajaya diletakkan pada bokor (tempat air untuk mandi). Gayung yang digunakan
pada prosesi ini terbuat dari kelapa yang masih terdapat bathok kemudian
dilubangi dan diberi gagang. Prosesi siraman ini diawali dengan sungkeman dari
calon ibu kepada calon ayah dan calon kakek nenek. Kemudian dilanjutkan dengan
siraman. Orang yang pertama kali melakukan siraman adalah calon kakek, diikuti
oleh calon nenek, dan dilanjutkan oleh tujuh orang yang dituakan. Setalah siraman
selesai dilanjutkan dengan wudlu, dan pecah kendi.
Acara berikutnya adalah ganti busono (ganti pakaian). Sambil menunggu
persiapan acara ini, pengunjung diajak untuk memahami dan melihat semua sesaji
yang digunakan. Mulai dari jajan pasar, buah-buahan, makanan dari tujuh macam
kacang-kacangan, sampai dengan jenang yang dibentuk boneka laki – laki dan
perampuan, buah labu kuning sebagai simbol perempuan dan buah bligo sebagai
simbol laki – laki. Kembali ke acara ganti busono...acara ini adalah proses bergantinya
pakaian yang dikenakan calon ibu sebanyak tujuh kali. Mulai dari kain jarik
sido mukti (simbol yang paling tinggi) hingga akhirnya mengenakan kain lurik
sebagai simbol andhap asor (rendah hati). Ketika proses pergantian baju mulai
dari yang pertama hingga yang keenam, seluruh pengunjung yang hadir hendaknya
menilai “tidak pantas” atas baju yang dikenakan calon ibu. Hingga tiba baju
yang ketujuh (kain lurik) pengunjung baru diperbolehkan mengucapkan kata “pantas”
dan baju lurik itulah yang selanjutnya dikenakan calon ibu hingga acara
selesai.
Proses selanjutnya adalah calon ibu dipakaikan benang lawe yang
berupa janur yang dilingkarkan di perut yang kemudian janur itu diputus oleh calon
ayah dengan kerisnya. Setalah berhasil memotong benang lawe sang calon ayah
langsung lari keluar rumah dengan sekencang – kencangnya. Hal ini dimaksudkan
agar semua aral melintang bisa menjauh sehingga persalinan dapat berjalan
lancar. Acara berikutnya adalah dimasukkannya kelapa gading yang sudah
digambari Dewi Ratih dan Kamajaya ke dalam pakaian calon ibu melalui dada dan diturunkan
ke bawah yang kemudian diterima oleh calon eyang dengan selendang yang
dipakainya. Setelah kedua calon eyang menerima kelapa gading kemudian dibawa ke
kamar tidur calon ibu. Kemudian serangkaian kain jarik yang tidak pantas
dikenakan calon ibu dibawa masuk ke kamar oleh calon ibu dan calon ayah sebagai
simbol dirawatnya si jabang bayi oleh kedua orangtuanya kelak.
Acara yang terakhir adalah dodol dawet dan rujak yang dilakukan
oleh calon ibu dan calon ayah dan yang akan “membeli” adalah pengunjung yang
mengikuti jalannya acara ini. Semua ini dilakukan dengan harapan agar kelak
persalinan dapat berjalan lancar tanpa kendala apapun. Amiinn...
No comments:
Post a Comment