Wednesday, 18 December 2013

Mitoni (Tujuh Bulanan), 18 Agustus 2012

Postingan kali ini masih membahas seputar kehamilan pertama saya yaitu tentang adat mitoni atau sering dibilang “tujuh bulanan” yang kebetulan dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2012. Biasanya upacara adat ini dilakukan pada kehamilan anak pertama saja. Upacara adat mitoni ini tentu saja sebagai salah satu unsur kebudayaan Jawa khususnya, dan pelaksanaannya tidak lepas dari urutan atau tata cara yang memiliki makna tersendiri. Secara garis besar pelaksanaan mitoni yang saya lalui antara lain diawali dengan sungkeman, siraman, ganti busana, potong janur, brobosan, ngopeni susuh, makan, dan diakhiri dengan dodol dawet. Tentu saja tak lupa dilengkapi dengan ubo rampe dan dekorasinya..berikut ini adalah foto – foto pelaksanaan mitoni mulai dari ubo rampe & dekorasi, siraman, serta prosesi.





Adapun penjelasan dari masing – masing urutan saya sadur dari buku karangan Tjaroko HP Teguh Pranoto yang  berjudul “ Tata Upacara Adat Jawa” (tentunya disesuaikan dengan tata cara yang saya laksanakan – karena tidak semua urutan saya laksanakan), kurang lebih seperti tulisan di bawah ini.
Mitoni atau tujuh bulanan atau tingkeban adalah upacara adat Jawa yang dilakukan pada kehamilan pertama yang memasuki usia kehamilan tujuh bulan. Pada usia kehamilan tujuh bulan bayi sudah berada pada posisi yang siap lahir. Upacara mitoni diawali dengan siraman yang dilakukan di luar kamar mandi, dengan dihiasi janur kuning dan dilengkapi dengan kursi tanpa sandaran untuk duduknya si calon ibu ketika prosesi siraman berlangsung. Air yang digunakan berasal dari 7 sumur/sumber air dan dilengkapi dengan kembang setaman. Dua buah degan (kelapa gading muda) yang masing -  masing bergambar tokoh wayang dewi ratih dan kamajaya diletakkan pada bokor (tempat air untuk mandi). Gayung yang digunakan pada prosesi ini terbuat dari kelapa yang masih terdapat bathok kemudian dilubangi dan diberi gagang. Prosesi siraman ini diawali dengan sungkeman dari calon ibu kepada calon ayah dan calon kakek nenek. Kemudian dilanjutkan dengan siraman. Orang yang pertama kali melakukan siraman adalah calon kakek, diikuti oleh calon nenek, dan dilanjutkan oleh tujuh orang yang dituakan. Setalah siraman selesai dilanjutkan dengan wudlu, dan pecah kendi.
Acara berikutnya adalah ganti busono (ganti pakaian). Sambil menunggu persiapan acara ini, pengunjung diajak untuk memahami dan melihat semua sesaji yang digunakan. Mulai dari jajan pasar, buah-buahan, makanan dari tujuh macam kacang-kacangan, sampai dengan jenang yang dibentuk boneka laki – laki dan perampuan, buah labu kuning sebagai simbol perempuan dan buah bligo sebagai simbol laki – laki. Kembali ke acara ganti busono...acara ini adalah proses bergantinya pakaian yang dikenakan calon ibu sebanyak tujuh kali. Mulai dari kain jarik sido mukti (simbol yang paling tinggi) hingga akhirnya mengenakan kain lurik sebagai simbol andhap asor (rendah hati). Ketika proses pergantian baju mulai dari yang pertama hingga yang keenam, seluruh pengunjung yang hadir hendaknya menilai “tidak pantas” atas baju yang dikenakan calon ibu. Hingga tiba baju yang ketujuh (kain lurik) pengunjung baru diperbolehkan mengucapkan kata “pantas” dan baju lurik itulah yang selanjutnya dikenakan calon ibu hingga acara selesai.
Proses selanjutnya adalah calon ibu dipakaikan benang lawe yang berupa janur yang dilingkarkan di perut yang kemudian janur itu diputus oleh calon ayah dengan kerisnya. Setalah berhasil memotong benang lawe sang calon ayah langsung lari keluar rumah dengan sekencang – kencangnya. Hal ini dimaksudkan agar semua aral melintang bisa menjauh sehingga persalinan dapat berjalan lancar. Acara berikutnya adalah dimasukkannya kelapa gading yang sudah digambari Dewi Ratih dan Kamajaya ke dalam pakaian calon ibu melalui dada dan diturunkan ke bawah yang kemudian diterima oleh calon eyang dengan selendang yang dipakainya. Setelah kedua calon eyang menerima kelapa gading kemudian dibawa ke kamar tidur calon ibu. Kemudian serangkaian kain jarik yang tidak pantas dikenakan calon ibu dibawa masuk ke kamar oleh calon ibu dan calon ayah sebagai simbol dirawatnya si jabang bayi oleh kedua orangtuanya kelak.

Acara yang terakhir adalah dodol dawet dan rujak yang dilakukan oleh calon ibu dan calon ayah dan yang akan “membeli” adalah pengunjung yang mengikuti jalannya acara ini. Semua ini dilakukan dengan harapan agar kelak persalinan dapat berjalan lancar tanpa kendala apapun. Amiinn...

No comments:

Post a Comment