Sebagai orangtua, pastinya kita menginginkan
anak memiliki rasa peduli terhadap sekitarnya, bukan? Rasa peduli itu dapat
diwujudkan dalam rasa syukur dan empati. Nah, postingan kali ini saya akan
bercerita bagaimana cara menanamkan rasa tersebut pada diri Asllan.
Asllan sekarang sudah umur delapan tahun, kelas
2 SD. Sudah saatnya dia memiliki rasa peduli terhadap sekitarnya. Secara,
sekarang ini rasa peduli tersebut mulai luntur pada zaman yang serba digital.
Hingga terbersit ide dari ayah untuk mengajak Asllan ikut dalam kegiatan amal.
Kegiatan amal yang paling simpel adalah
bersedekah ke panti asuhan. Sebenarnya kegiatan seperti ini gak asing untuk
Asllan. Karena di masa toddler hingga TK B, kegiatan amal rutin dilakukan
sebagai salah satu kegiatan sekolahnya Asllan. Nah, kali ini kami akan
melakukan amal tapi secara pribadi alias keluarga saja.
Panti asuhan yang kami pilih adalah Yayasan
Bananul Amanah yang berlokasi di Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun. Lokasi
yang cukup terjangkau dari rumah kami. Apakah kami pernah berkunjung
sebelumnya? Belum. Kami hanya bermodalkan googling
panti asuhan atau SLB di Madiun.
Akhirnya tepat pada tanggal 1 Januari 2021 kami
mengunjungi SLB Banjarsari Wetan, Yayasan Bananul Amanah. Yang pertama kami
tuju adalah asramanya. Kebetulan pada saat kami ke sana, anak-anak penghuni
asrama banyak yang sedang melakukan kegiatan di serambi. Sungguh trenyuh ketika
kedatangan kami disambut mereka dengan semua “keistiewaan” yang dimilikinya.
Asllan sempat terbengong melihat mereka. Namun
saya menjelaskan bahwa mereka adalah teman-teman Asllan meski dengan kondisi
“istimewa”. Asllan juga terlihat sedih, mendengar cerita salah satu pengasuhnya
bahwa anak-anak tersebut banyak yang sudah yatim piatu. Asllan langsung memeluk
saya, dan bilang “kita bantu mereka ya, bun”
Dalam perjalanan pulang kami melewati bangunan
sekolah, dimana mereka melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dan di ujung
jalan itu terdapat workshop hasil karya mereka yang memiliki keistimewaan tuna
rungu maupun tuna netra. Banyak sekali hasil karya yang dipamerkan. Mulai dari
mukena, gamis, kain batik, masker, dan sebagainya.
Hasil karya mereka selain dipasarkan di
workshop tersebut juga dapat ditemui di mal pelayanan publik kabupaten madiun.
Selain itu mereka memasarkannya lewat media sosial seperti Instagram dengan
alamat batiksibaran.
Melihat hasil karya mereka, Asllan terlihat
bangga. Dia mengakui bahwa mereka hebat. Dengan semua keistimewaan yang
dimiliki tapi bisa menghasilkan karya yang bermanfaat. Saya dan suami tersenyum
simpul mendengar semua komentar asllan hari ini.
Alhamdulillah, rasa syukur dan empati
sepertinya sudah mulai tertanam di hati Asllan. Semoga akan terus berkembang
sesuai dengan pertambahan usianya.