Tuesday 21 May 2024

Blitar Part 2 (12 Mei 2024)

Tidak seheboh hari pertama karena kami dibatasi oleh jadwal kereta yang akan membawa kami Kembali ke Kota Madiun. Kami memang tidak pesan/beli tiket kereta karena kami mengandalkan tiket Go Show kelas ekonomi yang berangkat pukul 11.01 WIB dari Stasiun Blitar. Sehingga estimasi sampai di Stasiun Madiun adalah pukul 13.59 WIB. Kami sengaja pilih jadwal tersebut dengan pertimbangan masih punya cukup waktu untuk istirahat sesampainya di rumah.

Pagi ini, kami sengaja sarapan di hotel karena beberapa alasan. Yang paling utama adalah untuk menghemat waktu, sehingga selesai sarapan kami langsung checkout dan melanjutkan perjalanan. Alasan berikutnya tentu saja untuk mengetahui menu breakfast yang disediakan pihak hotel.

Sarapan dimulai pukul 06.30 sd 09.00 WIB dan disajikan di serambi yang berada di tengah halaman (berbeda dengan lokasi resto). Menu yang disajikan ada nasi goreng, mie goreng, nasi pecel, tahu dan tempe goreng, peyek, telur dadar, ayam goreng, sambal goreng jipang, sambal goreng tempe, kering kentang tempe (mustofa), lodeh rebung, lodeh kluwih, buah potong berupa semangka serta teh, kopi, orange juice dan air putih. Sungguh menu yang sangat bervariasi dan pengunjung bebas menentukan menu pilihannya.

Saya dan Asllan pilih menu nasi pecel, bedanya Asllan dengan lauk tahu serta tempe goreng. Sedangkan saya dengan tambahan mie goreng (dobel karbo banget, ya?). Suami saya lebih memilih menu nasi putih, telur dadar, kering Mustofa, dan lodeh rebung. Untuk minuman saya dan Asllan memilih orange juice dan air putih. Sedangkan suami saya memilih kopi dan air putih.

Tepat pukul 07.30, Angling datang untuk menjemput kami. Sambil menunggu proses checkout, ternyata kehadiran Angling menyita perhatian beberapa pengunjung hotel. Bahkan ada seorang pengunjung yang langsung menghampiri sopir Angling untuk mencari info tentang tarif dan cara pesannya. Ketika kami dan Angling meninggalkan hotel, ternyata banyak mata pengunjung yang mengamati kami, bahkan ada beberapa yang merekam dengan ponselnya.

Agenda hari ini hanya dua lokasi saja yaitu Candi Penataran dan Istana Gebang. Perjalanan menuju Candi Penataran membutuhkan waktu sekitar 25 menit. Sedikit lebih lama daripada perjalanan ke Kampung Coklat. Medan yang dilalui sedikit naik turun karena Candi Penataran berada di lereng Gunung Kelud.

Pengunjung harus mengisi buku tamu yang mencantumkan nama, daerah asal, dan jumlah pengunjung serta maksud/kepentingan berkunjung. Kami minta untuk didampingi guide agar bisa mendengar penjelasan tentang sejarah Candi Penataran.




Secara singkat Candi Penataran merupakan candi hindu terbesar di Jawa Timur yang memiliki tiga area yaitu Burloka, Buarloka, dan Swarkaloka. Masing-masing area terdapat bangunan candi dan juga bekas reruntuhan candi. Pada masing-masing bangunan terdapat relief yang menceritakan tentang sejarah. Mulai tentang keikhlasan, kesetiaan, dan sejarah Ramayana. Selain itu di bagian belakang terdapat Kolam Petirtaan yang merupakan sumber mata air. Bagi pengunjung yang sedang berhalangan dilarang naik atau masuk di bangunan candi. Sedikit tips ketika berkunjung di Candi Penataran adalah lebih baik membawa topi/payung atau pelindung kepala karena area candi yang panas. Tapi ketika pengunjung beristirahat baik di warung maupun di kursi yang disediakan, angin yang berhembus terasa sejuk.





Perjalanan berlanjut ke Istana Gebang yang berada di Kota Blitar. Istana Gebang merupakan rumah masa kecil dari Bung Karno. Harga tiket masuk sebesar Rp. 4.000,-/orang. Ketika kami berkunjung tidak mencari guide mengingat waktu yang mepet dengan keberangkatan kereta. Namun ada petugas yang memandu bahwa masuk di ruangan pertama, kami harus melepas alas kaki. Kemudian alas kaki dimasukkan ke sebuah goodie bag berwarna merah dan dibawa oleh masing-masing pengunjung.

Istana Gebang memang berupa sebuah rumah kuno dengan lantai dan interior yang menunjukkan kekunoannya. Tapi jangan salah, semuanya sangat terawat. Sangat sejuk dan adem berada di dalam rumah ini. Semuanya ada penjelasan/keterangan sehingga pengunjung mudah memahami. Hanya saja banyak interior yang tidak boleh diduduki, dan disentuh karena usia yang sudah tua.





Di bagian belakang terdapat sebuah sumur yang berada di dalam rumah selain tujuh sumur yang berada mengelilingi Istana Gebang ini. Pengunjung dipersilakan untuk membawa air sumur ini. Terdapat pula sebuah kamar mandi yang masih asli bentuknya.






Selepas dari kamar mandi ini, pengunjung dipersilakan mengenakan alas kaki dan mengembalikan goodie bag merah di tempat yang telah disediakan. Rute berikutnya adalah garasi dan mushola. Mushola bisa digunakan pengunjung untuk sholat. Sedangkan garasi berisi sebuah mobil Ir, Soekarno. Kemudian pengunjung diarahkan ke pintu keluar yang terdapat beberapa kedai oleh-oleh dan souvenir.





Sebenarnya belum puas mengunjungi Istana Gebang, namun apa daya jadwal keberangkatan Kereta Matarmaja sudah semakin dekat. Tanpa membeli oleh-oleh dan souvenir, kami segera menuju Stasiun Blitar untuk Kembali ke Kota Madiun.

Wah, sangat puas dan senang rasanya bisa berkunjung di Kota Blitar dan menikmati suasananya…bisa membuat badan kembali fresh dan semangat untuk melanjutkan perjalanan hidup esok hari.

 

 

Sunday 19 May 2024

Blitar Part 1 (11 Mei 2024)

Ketika ada empat hari libur yang berurutan seringkali terbersit berbagai rencana untuk menghabiskan waktu libur tersebut. Entah hanya bermalas-malasan di rumah alias istirahat, bisa juga merencanakan untuk membersihkan rumah, dan juga berencana untuk piknik ke suatu tempat. Nah, rencana terakhir tentu saja harus diikuti dengan budget, juga kondisi tubuh yang sehat dan semangat.

Dengan mempertimbangkan keuangan yang tidak terlalu longgar, maka disepakati bahwa libur kali ini kami akan piknik ke Kota Blitar dengan tema semampunya. Kami tidak pesan tiket kereta api tapi mengandalkan tiket Go Show dengan harapan mendapat harga tiket yang jauh lebih murah. Bahkan Asllan sudah diberi pemahaman bahwa kelas yang akan dicari adalah kelas ekonomi. Selain itu kami juga tidak reservasi kamar hotel. Sudah ada plan A dan plan B yang kami rancang apabila mendapat penginapan maupun tidak.

Agenda pertama, terkait tiket kereta api. Alhamdulillah bisa mendapat tiket go show kelas ekonomi kereta Majapahit. Berangkat dari Stasiun Madiun pukul 05.38 WIB dan sampai di Stasiun Blitar pukul 08.13 WIB sehingga masih ada waktu untuk mencari penginapan dan lanjut ke tempat wisata pertama. Yang membuat senang adalah kami mendapat gerbong new generation. Semua kursi menghadap ke depan, semua pintu menggunakan tombol, terdapat papan informasi tentang perjalanan kereta, stasiun setelahnya, kecepatan kereta, nama kondektur dan estimasi jam tiba di stasiun berikutnya. AC central, TV LED di masing-masing ujung gerbong dan juga di sepanjang gerbong itu sendiri. Sangat nyaman menggunakan gerbong new generation ini. Seperti naik gerbong eksekutif rasanya.




Turun dari kereta dan sampai di pintu keluar kita sudah ditunggu oleh beberapa angkutan lingkungan (angling) yang berbentuk seperti bajaj berwarna merah yang sangat menarik perhatian. Ternyata angling tersebut memiliki beberapa tarif tergantung dari tujuan dan paket yang dipilih.



Kami memilih angling sebagai angkutan yang mengantarkan ke penginapan. Penginapan yang kami pilih adalah Hotel Patria Plaza yang berada di depan Pasar Pon (Jl. RA Kartini). Lagi – lagi dimudahkan untuk agenda mendapatkan penginapan. Kami berhasil mendapat “Family Room” dengan tarif Rp. 500.000,-/malam. Fasilitasnya adalah satu doble bed dan satu single bed, AC, televisi, kamar mandi dalam dengan air hangat, air mineral dan breakfast.



Setelah meletakkan barang di kamar, kami langsung melanjutkan perjalanan ke Kampung Coklat menggunakan angling. Perjalanan dari hotel sekitar 20 menit menuju daerah Kademangan, Kabupaten Blitar. Tiket masuk yang ditawarkan ada dua yaitu regular sebesar Rp. 20.000,-/orang dan tiket terusan sebesar Rp. 35.000,-/orang (free 14 wahana). Jam operasional Kampung Coklat pada Hari Senin sd Jumat adalah pukul 08.00 sd 16.00 WIB. Sedangkan untuk Hari Sabtu, Minggu dan Hari Libur adalah pukul 08.00 sd 18.00 WIB. Sangat banyak wahana yang ditawarkan dan bisa dinikmati baik oleh anak-anak maupun dewasa. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di sosmed Kampung Coklat baik Instagram  maupun facebook.





Pertama yang kami kunjungi adalah stand foodcourt untuk makan soto dan dimsum pilihan kami. Kemudian kami melanjutkan dengan wahana golf car yang tiketnya seharga Rp. 25.000,-/orang. Golf car dikemudikan oleh petugas sekaligus sebagai tour guide. Sudah ada rute sendiri untuk golf car, yaitu mulai dari memberi makan domba dan kambing, kebun coklat dan anggur, pembibitan anggur hingga pabrik coklat. Dari perjalanan ini dapat diketahui bahwa Kampung Coklat menggunakan sistem pertanian terpadu. Kotoran kambing bisa menjadi pupuk organik, daun dan kulit buah kakao bisa digunakan sebagai pakan ternak. Diantara pohon kakao dibuat kolam berisi ikan nila. Dimana air kolam digunakan untuk menyiram pohon kakao, dan Ikan Nila dijadikan kuliner olahan yang disajikan pada warung prasmanan. Pada visite pabrik coklat, pengunjung bisa turun sementara dari golf car dan melihat proses pembuatan coklat. Pada akhir kunjungan akan dipersilakan untuk mencicipi coklat leleh yang diproduksi. Sendok yang digunakan adalah sekali pakai namun pengunjung diperbolehkan mencicipi lebih dari satu kali, tentu saja dengan mengganti sendok sekali pakainya.





Sekambalinya golf car parkir di loket, saya dan Asllan tergoda untuk mencoba kursi pijat. Kami memilih kursi pijat yang memijat mulai kaki, punggung hingga leher dengan tarif Rp. 25.000,-/orang dengan durasi 15 menit. Sementara itu Ayah menunggu di tepi lintasan perahu ceria yang kebetulan berada di depan area kursi pijat.



Selesai dari kursi pijat, Asllan berminat untuk naek perahu ceria. Perahu ceria adalah perahu mesin yang mengelilingi sebuah hall dengan didampingi dua orang petugas sebagai operator mesin perahu dengan tarif Rp. 10.000,-/orang. Tidak perlu effort lebih untuk menikmati perahu ceria ini. Cukup duduk manis di atas perahu dan bisa menikmati pemandangan keliling hall.



Kemudian untuk membandingkan, Asllan mengajak naik perahu dayung. Kali ini tanpa operator, jadi murni penumpang yang mendayung untuk menjalankan perahu. Tiketnya seharga Rp. 15.000,-/perahu (bisa untuk 3 penumpang) dengan durasi 2x putara. Rutenya tidak terlalu jauh, namun ternyata membutuhkan koordinasi dan perjuangan sehingga pendayung bisa seimbang dan perahu bisa jalan tidak menabrak dinding. Kami bertiga bergantian mendayung, meskipun awalnya perahu hanya berputar di tempat bahkan menjadi berbalik arah, namun akhirnya bisa jalan juga.



Selanjutnya kami menuju kolam terapi ikan, cukup membayar Rp. 5.000,-/orang bisa sepuasnya menikmati terapi ikan. Fasiliatas yang diperoleh adalah bantal duduk untuk masing-masing pengunjung yang harus dikembalikan apabila selesai digunakan.

Kemudian Asllan mengajak main golf mini, dengan dua hole. Bisa dimainkan oleh anak-anak dan dewasa dengan durasi 10 menit. Satu lapangan mini golf bisa digunakan untuk 5 stick golf.



Untuk kenang-kenangan kami beli buah coklat dengan harga Rp. 2.000,-/buah (ukuran kecil). Rasanya segar seperti sirsak, karena ini merupakan buah asli yang belum diolah. Buah coklat bisa dibeli di bagian nursery. Sedangkan souvenir dan aneka olahan coklat dapat ditemui di pintu masuk dan ujung belakang samping perahu ceria.

Sebelum melanjutkan perjalanan, kami menyempatkan sholat Dhuhur di masjid yang berada di dalam Kampung Coklat lebih tepatnya berada di belakang mini golf. Masjid yang luas dengan terdapat halaman teduh untuk bersantai dan menunggu antrian. Masjid ini juga digunakan untuk Sholat Jumat, sehingga pengunjung tidak perlu khawatir kesulitan mendapatkan masjid untuk Sholat Jumat.

Perjalanan selanjutnya adalah ke Makam Bung Karno yang berada di Kota Blitar. Masih menggunakan armada yang sama yaitu angling, Makam Bung Karno ditempuh dengan waktu kurang lebih 20 menit. Sampai di makam Bung Karno sekitar pukul 13.30 WIB saat dimana matahari sangat terik. Meskipun melewati museum dan juga perpustakaan, namun kami memilih menuju makam terlebih dahulu. Dan kebetulan di sekitar pintu makam banyak penjual Es Drop (Es legendaris dari Kota Blitar). Segera kami menyantapnya. Cukup dengan harga Rp. 6.000,-/pcs, Es Drop bisa dinikmati. Rasa yang otentik adalah kacang hijau, namun saat ini sudah banyak Es Drop dengan berbagai varian rasa seperti coklat, durian, dan vanila.




Memasuki makam, pengunjung diminta untuk mengisi buku tamu dengan menuliskan nama, daerah asal, dan jumlah pengunjung serta membayar tiket masuk seharga Rp. 4.000,-/orang. Tiket tersebut akan sedikit disobek oleh petugas pintu masuk makam. Di dalam komplek makam terdapat mushola dan halaman dengan lantai konblok atau batu alam yang mengelilingi pendapa Makam Bung Karno. Selain itu terdapat taman yang semakin mempercantik area makam.





Pintu keluar makam berbeda dengan pintu masuk. Untuk menuju pintu keluar, pengunjung diarahkan melewati “labirin” oleh-oleh dan cindera mata. Pengunjung tidak perlu bingung memilih cindera mata, mulai dari kerajinan, makanan khas, baju serta mainan anak-anak semua tersedia di labirin oleh-oleh ini. Namun harus sabar, karena memang sangat banyak kios yang harus dilewati di dalam labirin.

Tidak lengkap ketika berkunjung ke Makam Bung Karno tapi melewatkan perpustakaan dan museum yang berada pada area yang sama. Di museum tidak ada harga tiket masuk yang harus dibayar. Namun pengunjung akan dimintai keteranga tentang asal daerah dan jumlah pengunjung oleh petugas. Ruangan ini meyimpan beberapa koleksi barang Bung Karno namun lebih dominan berupa foto tentang perjalanan hidup Bung Karno.




Perpustakaan terdiri dari 4 lantai yang dilengkapi dengan lift. Sama seperti museum, tidak ada HTM yang harus dibayarkan. Masing-masing lantai perpustakaan memiliki zona tersendiri. Mulai dari anak-anak dan juga umum. Sedangkan lantai 4 merupakan zona khusus yang dipersiapkan untuk barang koleksi Bung karno namun sayang belum dibuka untuk umum.

Sepertinya kaki mulai protes dan minta istirahat sore ini. Maka kami sepakat untuk kembali ke hotel dan istirahat hingga tiba waktu makan malam. Masih diantar angling yang setia, perjalanan menuju hotel hanya butuh waktu kurang lebih 7 menit saja.

Sampai di kamar hotel, kami langsung istarahat demi mengumpulkan tenaga untuk berburu kuliner di Kota Blitar. Selepas Sholat Maghrib, kami berniat mencari makan malam di sekitar Stadion Soepriyadi yang terletak tidak jauh dari hotel. Kami memutuskan untuk berjalan kaki menuju ke sana. Makan malam yang kami pilih ada di sebuah kios yang menawarkan berbagai menu seperti soto daging, tahu bumbu, nasi tahu, tahu lontong, kolak ketan, dan lupis. Asllan memilih soto daging, saya memilih tahu bumbu dan ayahnya asllan memilih nasi tahu untuk menu makan malam.

Ternyata stadion dan juga warung tersebut berada di depan Masjid Ar Rahman yang terkenal di Kota Blitar. Setelah makan, kami menyempatkan diri untuk mengunjunginya. Benar saja, baru menginjakkan kaki di serambi masjid sudah terasa sangat nyaman. Dengan melepas alas kaki yang wajib disimpan di loker yang telah disediakan, menjadikan serambi masjid sebagai tempat yang selalu bersih dan suci. Masjid ini memiliki design mirip dengan Masjid Nabawi. Koridor laki – laki berbeda dengan perempuan, dan disediakan minuman berupa jahe, kopi dan air putih di masing-masing koridor. Bagi yang tidak membawa mukena tidak perlu khawatir karena sudah disediakan mukena yang terlipat rapi. Mukena ini adalah mukena sekali pakai tiap pengunjung. Karena setiap selesai digunakan oleh seorang pengunjung, mukena harus diletakkan dalam sebuah box yang nantinya akan dicuci. Tempat untuk sholat merupakan sebuah ruangan yang ber-AC yang beralaskan karpet tebal. Sungguh merupakan masjid yang sangat megah dan nyaman baik untuk beribadah, berdiskusi, maupun hanya duduk beristirahat.




Setelah puas menikmati indahnya Masjid Ar Rahman kami segera kembali ke hotel (masih tetap jalan kaki) dan langsung istirahat untuk menyiapkan agenda besok hari.