Yang namanya kehilangan itu pasti
rasanya sedih. Sesak di dada, air mata terus menetes tiap saat. Itu juga yang
saya alami saat ini. Memang dia hanya sebentar saja menemani kami. Hanya lima
bulan usianya.
Awal pertemuan dengannya dimulai
pada tanggal 4 Agustus 2016 silam. Ketika datang di kantor, saya mendengar
tangisannya. Setelah dicari ternyata dia bersembungi di bawah tangga di Timur
ruang sarpra. Dia sangat takut dengan orang yang berlalu lalang. Dia menangis
mencari induknya.
Bulunya bagus, perutnya gembul.
Dengan perlahan coba saya pegang dan kemudian saya ambil. Awalnya dia berontak,
namun setelah mendapat elusan kasih sayang dia mulai menikmatinya. Dia mulai
diam dan sedikit mengantuk sepertinya hingga akhirnya dia tertidur.
Singkat kata, akhirnya dia dan
satu lagi saudaranya saya adopsi. Mereka saya beri nama Blek dan Crimy. Saya
bawa dia dari kantor Malang menuju rumah di Madiun. Kebetulan ada teman yang
pulang ke Madiun bawa mobil.
Karena saya mengadopsi mereka
hanya berdua tanpa induknya, konsekuensinya adalah harus memberi minum susu.
Umur mereka sekitar satu bulan saat itu. Dan ternyata mereka belum bisa minum
langsung dari mangkok. Akhirnya mereka
minum susu dari dot.
Blek bisa minum lebih mahir
daripada Crimy. Kalau crimy minum, masih
banyak susu yang tumpah. Tapi volume minumnya memang lebih banyak Crimy. Jadi
yang pertama minum pakai dot adalah Blek, dan dilanjutkan Crimy setelah Blek
kenyang.
Semakin hari mereka semakin
sehat. Perut juga semakin gembul. Tingkah polah mereka sungguh menghibur kami
sekeluarga. Blek mempunyai naluri alami yang lebih bagus daripada Crimy. Crimy
lebih penakut, selalu mencari Blek kalau sedikit saja Blek tidak terlihat di
dekatnya.
Setelah satu bulan berada di
rumah mulailah mereka mandi. Blek dan Crimy jadi semakin ganteng setelah mandi.
Siapa yang tidak gemas melihat kegantengan mereka. Banyak orang bilang Crimy
itu jantan tapi cantik, sedangkan Blek sangat bagus corak bulunya.
Umur tiga bulan, saatnya mereka
vaksin setelah minum obat cacing sebelumnya. Namun dari hasil pantauan BAB,
Blek agak sedikit lembek. Jadilah Crimy terlebih dahulu yang mendapatkan vaksin
pertama.
Dasar Crimy yang lebih manja, dia
berontak ketika jarum suntik masuk tubuhnya. Begitu sampai di rumahpun dia
cenderung lebih diam. Dan Crimy selalu mendekati Blek. Seakan tahu bahwa adikny
habis vaksin, Blek setia menemani Crimy. Blek berbaring di samping Crimy dan
tidak mengajak mainan.
Dua minggu kemudian Blek
divaksin. Vaksin yang sama seperti Crimy. Sangat beda sekali dengan Crimy. Blek
tidak berontak sama sekali ketika jarum suntik masuk tubuhnya. Bahkan ketika
sampai di rumahpun Blek seperti biasa. Langsung mainan dengan lincah serta
makan dengan lahapnya.
Ketika tidur, Blek sering mencari
bantal. Entah berupa kaki suami, kaki saya bahkan bantal sesungguhnya. Begitu
kepalanya mendapat bantal untuk sandaran maka tertidurlah dia.
Ketika melihat cicak dan akan
mengejar, Blek mengeluarkan suara ckckckckck sambil mengendap-endap. Blek lebih
rajin berburu cicak daripada Crimy. Meskipun hasil buruannya itu hanya untuk
mainan saja (tidak dimakan)
Awal November 2016, Blek mulai
suka sekali naik di motor suami. Sepertinya dia sedang mengeksplorasi benda
yang disebut motor. Blek naik dari roda depan, kemudian langsung bermain di
spion, setang, dan spedometer. Hanya untuk bermain saja bukan untuk tempat
tidur.
Mulai pertengahan November 2016,
saya merasakan Blek tidak seperti biasa. Dia tidak terlalu semangat ketika
diajak bermain Crimy. Bahkan ketika saya beri makan dia menyambut dengan
langkah gontainya. Bukan dengan lari yang penuh semangat. Selesai makan Blek
juga lebih sering untuk duduk di bawah meja. “Hey, Ada apa denganmu Blek?”
Awal Desember 2016, adalah jadwal
vaksin kedua untuk Blek. Namun saya melihat perut Blek membesar yang tidak
wajar. Hanya bagian perut saja yang membesar. Saya bawa Blek ke dokter hewan di
dekat rumah. Saya ceritakan bahwa sebenarnya jadwal vaksin kedua namun perut
Blek terlihat membesar.
Saya sempat googling dulu sebelum
membawanya ke dokter. Sebagian besar artikel yang saya baca menyebutkan bahwa
ciri-ciri seperti Blek adalah penyakit FIP basah. Dan sayang sekali semuanya
berujung pada kematian karena belum ada vaksin pencegahnya di Indonesia.
Sungguh, seperti petir di siang
bolong! Dokter mendiagnosa Blek terkena FIP basah. Harus dipisahkan dari kucing
yang lain karena bisa menular. Lemas rasa kaki saya ketika itu. Bagaimana
mungkin Blek bisa terkena virus
mematikan itu?!
Blek saya bawa pulang dan tidak
bisa divaksin. Dokter memberikan lima macam obat untuk Blek pada tanggal 10
Desember 2016. Ada obat untuk pengeluaran cairan, vitamin, antibiotik,
pencernaan dan juga obat untuk demam. Semua obat diminumkan dua kali sehari.
Blek saya tempatkan di salah satu
ruangan kosong di rumah. Bak pasir, makan dan minum saya sediakan di sana
karena tidak boleh bercampur dengan kucing yang lain. Sedih dan kasihan melihat
Blek harus sendirian di ruangan tersebut. Crimy juga merasa kehilangan Blek.
Terlihat Crimy mencari Blek untuk bermain.
Lima hari setelahnya adalah saatnya
Blek untuk kontrol. Suami saya membawa Blek ke dokter yang sama. Ada
perkembangan baik meskipun sedikit. Karena cairan di perut Blek masih ada belum
habis seluruhnya. Obat yang diberikan pada tanggal 15 Desember 2016 adalah obat
pengeluaran cairan, vitamin dan penguat jantung.
Perlakuan kepada Blek masih sama,
harus dipisahkan dari kucing lain. Tiap pulang ke Madiun saya sempatkan untuk
bicara dengan Blek bahwa dia harus kuat. Meskipun data berbicara bahwa terkena
FIP basah itu hanya bisa memperpanjang umur maksimal 1 tahun. Tapi saya ingin
Blek berbeda. Saya ingin Blek bisa sembuh.
Liburan akhir tahun saya dan
keluarga akan berkunjung ke Jogja. Dengan kondisi Blek yang seperti itu kami
putuskan untuk menitipkan Blek di dokter hewan langganan. Lagipula obat Blek
juga habis. Sekalian kontrol dan mendapat obat yang baru.
Malam sebelum kami berangkat ke
Jogja, ketika saya membuka ruangan Blek, dia lari-lari kecil menghampiri saya.
Blek menatap saya penuh semangat. Sungguh senang saya menemuinya. Saya berfikir
Blek akan sembuh karena dia bersemangat. Saya sampaikan pada Blek bahwa saya
akan menitipkannya karena saya akan ke Jogja. Dan saya akan menemuinya ketika
sudah kembali di Madiun.
Tanggal 31 Desember 2016 saya
sudah sampai di Madiun, saat itu juga saya ambil Blek untuk pulang ke rumah.
Begitu mendengar suara saya, Blek langsung berdiri dan menyodorkan kepalanya
untuk minta dielus manja. Saya usap dan saya belai kepala Blek, dan dia
terlihat menikmatinya.
Menurut asisten dokter yang
menanganinya, kondisi Blek sudah membaik. Cairan di perutnya sudah berkurang
banyak. Maemnya banyak tapi harus makanan basah dan harus disuapin menggunakan
spuit. Hemm, agak aneh juga saya mendengarnya. Memang ketika dititipkan nafsu
makan Blek mulai berkurang. Sering makanan yang saya berikan tidak
dihabiskannya. Tapi kenapa sekarang beralih ke makanan basah dan harus disuapin
pula?! Blek saya bawa pulang dengan ‘dibekali’ dua macam obat yaitu vitamin dan
pengeluaran cairan.
Keesokan harinya saya menemui
Blek, namun dia hanya terdiam di rumah kardusnya. Tidak mengeong juga tidak
mendekati saya. Saya angkat Blek namun kondisinya sangat lemas sekali. Saya
beri dia makanan basah, dan dia masih mau menelannya.
Sore harinya Blek diajak keluar
oleh suami saya. Blek diajak bermain di teras depan rumah. Meski terlihat
senang namun Blek sangat lemah. Dia hanya duduk di teras, dan sesekali berjalan
ke arah rumput. Blek lebih sering untuk duduk.
Keesokan paginya kondisi Blek
lebih lemas lagi. Ketika berjalan mendekati saya kaki belakangnya mulai
terseok-seok. Bulu cantiknya juga mulai berdiri. Terlihat sangat kurus namun
perutnya terus membesar. Saya semakin sedih melihatnya.
Ketika suami masuk untuk
memberinya obat dan melihat kondisi Blek yang seperti itu, suami bilang sudah
mengikhlaskan Blek. Tidak! Saya akan terus berusaha demi kesembuhan Blek. Saya
putuskan untuk membawa Blek ke dokter yang lain dan minta agar Blek diinfus.
Tanggal 2 Januari 2017 malam,
saya menemui Blek. Entah kenapa saya sangat sedih melihatnya. Dia berjalan
sempoyongan dan menyundul-nyundul kaki saya minta dibelai. Tak kuasa saya
menahan air mata ini. Sambil nangis saya belai Blek dan mengajak dia berbicara.
Saya kuatkan Blek, saya sampaikan bahwa dia harus kuat, dan dia harus sembuh.
Mungkin Blek terlalu capek,
sehingga dia mulai merebahkan kepalanya di kaki saya, dia mencari bantal seperti
biasa. Saya angkat Blek dan saya pangku dia sambil saya pamit akan berangkat
kerja di Malang malam nanti. Namun saya ingin Blek berjanji bahwa ketika saya
pulang Madiun di akhir minggu, saya masih bisa menemuinya. Seperti biasa, Blek
menatap saya. Namun kali ini dia menatap saya tidak terlalu lama. Air mata saya
berjatuhan mengenai bulu yang masih terlihat cantik bagi saya. Dia lantas
memalingkan kepalanya dari saya.
Tanggal 3 Januari 2017 suami
membawa Blek ke dokter yang lain. Begitu datang, Blek langsung diinfus agar
tidak lemas. Kami pasrahkan perawatan Blek ke dokter tersebut sambil terus
berharap dan berdoa agar Blek bisa segera pulih.
Saya tak tinggal diam. Saya
bertanya kepada teman semasa SMA yang sekarang berprofesi sebagai dokter hewan.
Saya juga bertanya kepada dokter hewan yang melayani konsultasi secara online.
Namun jawaban mereka sama bahwa yang bisa menyembuhkan FIP basah adalah sebuah
keajaiban. Apalagi saya juga menyampaikan kondisi Blek saat ini.
Tanggal 4 Januari 2017, sudah
tidak sabar saya menanti datangnya Hari Jumat untuk bisa segera bertemu dan
mengetahui kondisi Blek. Ketika akan tidur, terdengarlah nada dering SMS dari
HP. Begitu saya buka, langsung air mata ini tumpah tak tertahankan.
SMS dari dokter dimana Blek
opname yang mengabarkan bahwa kondisi Blek kritis. Suhu tubuh menurun, nafas
mulai cepat dan terdengar bungi grok-grok.
Saya mohon agar dokter tersebut mengusahakan untuk kesembuhan Blek. Jika memang
harus operasi untuk pengambilan cairan di perut Blek, saya siap. Namun menurut
dokter hal itu bisa membahayakan Blek mengingat kondisi Blek seperti ini.
Bangun pagi harinya saya merasa
takut untuk membuka HP. Alhamdulillah tidak ada kabar lagi dari dokternya Blek.
Saya pun berangkat ke kantor dengan tenang dan optimis bisa berjumpa Blek besok
sore.
Saya memberanikan diri untuk
bertanya bagaimana kondisi Blek saat ini. Dokternya Blek mengirimkan satu foto
dan satu video Blek. Dalam video tersebut saya lihat Blek masih bernafas meski
tersengal-sengal. Namun saya lihat mata dan tatapan Blek sudah kosong. Namun
saya selalu bilang dalam hati ‘ayo Blek, semangat!. Besok sore bisa ketemu
Bunda lagi’.
Saya putuskan untuk membawa Blek
pulang, karena saya fikir saat ini Blek lebih membutuhkan kasih sayang
keluarga. Suami saya bersedia membawa pulang Blek pada pukul 09.00 WIB. Suami
juga ingin menemani Blek di akhir waktunya. “Jika Blek harus mati biarlah dia
mati di rumah” kata suami.
Gelisah saya menunggu kabar dari
suami. Pukul 09.15, notifikasi whatsapp berbunyi. Dan itu whatsapp dari suami.
Dengan gemetar saya membaca pesan dari suami yang menagbarkan bahwa Blek sudah
meninggal.
Innalillahi wa inna illaihi roji’un....”Blekkkkkkkkkk
kenapa kamu tidak menunggu Bunda datang? Kita sudah berjanji kan berjumpa besok
sore”. Air mata langsung tumpah dengan derasnya. Sungguh sedih, dan hancur rasa
hati ini!. Sakiiittt sekali mendengar kabar itu! Kenapa Blek tidak bisa menunggu
kedatangan saya?
Yang lebih menyedihkan lagi
adalah Blek tidak boleh dikubur di rumah karena masih ada Crimy. Dikhawatirkan
pada proses pembusukan, virus Blek masih bisa ditularkan. Jadilah Blek dikubur
di samping Sungai Bengawan Madiun. Tempat di mana Asllan sering melihat truk
angkut pasir. Diharapkan ketika Asllan mengajak lihat truk angkut pasir, kami
juga bisa menjenguk kuburannya Blek.
Ketika saya sampai Madiun, saya
minta suami dan Asllan untuk mengantar saya ke kuburannya Blek. Dan tak kuasa
saya tahan air mata ini. Tak tega rasanya mengingat Blek ada di dalam gundukan
tanah itu. Tapi sekarang Blek sudah tidak sakit lagi. Dia sudah bermain-main di
alam sana.
Ya, Blek meninggal tepat pada
tanggal 5 Januari 2017. Tepat lima bulan sudah Blek menemani kami sekeluarga (5
Agustus 2016 – 5 Januari 2017).
Blek, kamu tahu kan kalau kami
semua menyanyangimu?
Maafkan kami jika ada salah
Kami akan menjaga Crimy adikmu
dengan sebaik-baiknya.
Selamat jalan Blek...
We Luv u Blek...
No comments:
Post a Comment