Tuesday 29 May 2018

Loreng Alias Toteng Alias Hoheng


Loreng ini kucing yang paling awet sejak kecil. Pertama kali ditemukan ayah di Pasar Joyo Madiun pada tanggal 6 Oktober 2016. Pada saat ditemukan, kondisinya nempel di selembar kertas karena pada perut hingga ke alat kelaminnya terkena lem. Posisinya tengkurap dengan suara meongan yang keras. Umurnya kurang lebih satu setengah bulan saat itu. Tanpa pikir panjang, Ayah membawanya ke rumah.
Persoalan berikutnya adalah, bagaimana cara lem ini bisa hilang dari bulu-bulunya? Langkah pertama adalah melepaskan kertas dari tubuhnya. Dengan perlahan yang pastinya tetap sakit, akhirnya terlepaslah kertas tersebut namun masih meninggalkan lem di tubuh mungilnya. Awalnya kami coba menggunakan bensin, namun sepertinya kulitnya masih terlalu muda dan panas. Sempat memerah ketika terkena bensin. Kami hentikan penggunaan bensin. Ayah berfikir keras apalagi bahan yang bisa digunakan untuk menghilangkan lem itu. Pilihan jatuh ke terigu, semua bagian yang terkena lem, diberi terigu oleh Ayah. Dasar pertimbangan menggunakan terigu adalah ketika Loreng menjilati bulunya, terigu relatif aman. Alhamdulillah upaya tersebut berhasil. Setelah satu minggu semua lem telah hilang dari tubuhnya. Tinggal memandikan Loreng agar terlihat cantik.
Setelah mandi, Loreng terlihat lebih bersih dan makin cantik. Namun dia terlihat menjauh dan minder dari kucing yang lain yaitu Blek, Crimy, Jenggo, Ganang, Slewah, dan Telon. Saat yang lain berkumpul untuk bermain, Loreng hanya diam di pojokan tidak ikut bermain. Entah karena masih adaptasi atau karena takut dengan jumlah tuan rumah yang sangat banyak.
Yang jelas, kami tetap merawatnya sama seperti yang lain. Tidak pernah kami membedakan sedikitpun. Pada suatu hari saya menerima berita dari Ayah. Bahwa tidak sengaja Ayah menginjak Loreng sampai dia muntah darah. Bahkan sampai keluar feces dari anusnya. Gerakannya pun sudah di luar kontrol, karena Loreng bergerak mutar2 lalu terdiam di pojokan dengan nafas yang tersengal-sengal. Ayah merasa bersalah dan pasrah tentang nasib Loreng. Tiga hari dia hanya terdiam dan tidak mau makan sama sekali. Namun, Alhamdulillah mulai hari keempat dia mau makan dan akhirnya sembuh normal seperti sedia kala.
Hari terus berganti dan Loreng semakin tumbuh besar. Ada salah satu kebiasaan yang dari semua kucing di rumah, hanya Loreng yang berperilaku seperti ini. Loreng terbiasa cecep-cecep di tangan atau kaki kami (saya, ayah dan Asllan). Cecep-cecep ini adalah Loreng ngempeng sampai tangan dan kaki kami basah. Jika tangan/kaki kami tarik, dia akan menahannya. Cecep-cecep itu dia lakukan setiap menjelang tidur. Dia akan melepaskan tangan/kaki kami setelah basah dan dia terlelap.
Semakin besarnya Loreng, terkadang Asllan memanggilnya dengan Toteng. Saya dan Ayah pun mempunyai julukan Tante Toteng untuknya. Mengingat anak-anak Jenggo memanggilnya Tante (kalau bisa ngomong, lho ya). Dan ternyata muka dari Toteng ini lucu sekali. Bentuk wajahnya bulat, hidungnya tidak terlalu mancung, jadi mukanya tidak lancip. Selain itu saat melihat dengan posisi mengantuk, dia akan melihat sambil mengerjapkan matanya.
Kucing itu pasti mempunyai rasa terima kasih yang akan disampaikan ke orang tertentu. Begitu juga dengan Toteng. Dia sangat dekat dengan Ayah. Saat tidur, dia lebih sering nempel di badan Ayah. Bahkan tas yang digunakan Ayah untuk pergi menjadi salah satu barang favoritnya. Ketika tas Ayah sudah berada di rumah, Toteng akan mencari kemudian menjadikannya alas tidur.
Dan kenapa Toteng bisa kami panggil menjadi “Mbak Oteng” adalah ketika Hyu hadir di rumah. Karena memang usia Hyu lebih muda daripada Toteng.
Sehat terus ya Mbak Oteng...Ayah, Bunda dan Kak Asllan sayang ama Mbak Oteng.

No comments:

Post a Comment