Wednesday 1 February 2017

Kehilangan Telon (8 Oktober 2016 - 27 Januari 2017)

Telon adalah anak Jenggo yang berjenis kelamin betina  selain Slewah. Berbeda dengan Slewah, Telon ini calico tapi lebih dominan warna hitamnya. Dan dari segi wajahnya bagi kami sekeluarga dia yang paling cantik.
Telon ini sepertinya anak bungsu. Karena dia sering mendapat susu yang terakhir. Namun jangan salah, meski begitu Telon ini yang paling lincah. Dan itu terlihat sejak kecil. Begitu dilatih berjalan, Telon sudah berani jalan. Bersama Ganang, mereka belajar jalan. Meski masih sering terjatuh, namun Telon semangat untuk berdiri lagi.
Telon yang paling rajin belajar manjat daripada Saudaranya yang lain. Meski paling kecil badannya namun dia sangat aktif dan berani untuk manjat. Ketika bermain kejar-kejaran, Telonlah yang larinya paling kencang.
Untuk meraih suatu benda, bahkan ketika bermain lompat-lompatan, Telonlah yang lompatannya paling tinggi. Bisa dikatakan Telonlah kitten yang paling lincah.
Saya sendiri sedikit heran dengan Jenggo. Ketika Ganag minta menyusu, Jenggo dengan senang hati langsung bersedia. Namun jika Telon yang minta menyusu Jenggo seperti males, dan harus menunggu yang lain dulu baru Jenggo bersedia menyusu. Tak heran Telon memiliki badan paling mungil semasa kecilnya.
Kami memperbaikinya ketika mereka sudah mulai bisa makan sendiri. Ternyata Telon memiliki nafsu makan yang besar. Makan yang kami berikan selalu habis dilahapnya. Perlahan tapi pasti badan Telon sudah sama seperti saudaranya yang lain.
Perlakuan kami kepada Telon sama seperti yang lain. Obat cacing dan juga mandi yang pertama kali sudah kami lakukan. Pada saat dimandikan, semakin terlihat bahwa Telon adalah kucing yang lincah dan kuat. Dia yang paling berontak dan paling kuat tenaganya untuk melawan.
Tingkah polah Telon lainnya yang tidak bisa dilupakan adalah posisi tidurnya yang kadang seperti Crimy. Suka tengkurap dan meluruskan kaki belakangnya (selonjor). Sudah dua kali saya melihatnya dan itu adalah pose favorit saya.
Sebenarnya ketika Ganang mulai sakit, Telon belum menunjukkan perubahan apapun. Namun setelah kematian Ganang, Telon mulai lemas dan menurun nafsu makannya. Bersama Slewah, kami bawa Telon ke dokter hewan dan kami pisahkan dengan yang lain.
Pada saat kematian Slewah, Telon terlihat meletakkan kepalanya di atas bangkai Slewah. Sungguh iba melihatnya. Mungkin dia sedih karena melihat Saudaranya menghembuskan nafas terakhirnya. Saya dan suami sebenarnya tidak terlalu yakin Telon bisa kuat. Karena Jenggo sebagai induknya tidak merasa kehilangan. Baik Ganang maupun Slewah tidak ada yang dicarinya. Sebenarnya saja agak curiga kenapa Jenggo tidak mencari anak-anaknya. Banyak yang memberi tahu kami ketika induk hewan sudah tidak mencarinya bisa jadi sudah mempunyai insting bahwa anak-anaknya tidak akan selamat.
Namun perkembangan Telon membaik menurut saya. Dia masih bisa makan meskipun harus disuapin dengan spuit. Dia masih bisa minum sendiri, buang air kecil dan besar masih bisa tertib di litter box-nya.
Responnya juga masih bagus, ketika suami ataupun saya membuka pintu, dia sudah bisa menegakkan kepalanya. Hanya saja suaranya menghilang dan selaput putih di matanya terlihat sekali. Kasihan melihatnya, namun kami bersabar karena jika Telon bisa melewati masa kritisnya, InsyaAllah dia akan sembuh.
Hingga di hari Selasa, 24 Januari 2017 suami memberi kabar bahwa ada bekas darah kering di hidung Telon. Bisa diambil dan setelahnya Telon terlihat bisa bernafas lebih lega bahkan bisa minum sendiri dengan volume yang lebih banyak.
Namun hal itu terulang lagi di hari Rabu, 25 Januari 2017 malam. Suami saya kembali menemukan darah kering di hidung Telon. Dan setelah itu kondisi Telon terus menurun. Bahkan untuk menelan makanannya dia sudah terlihat kesusahan.
Hari kamis, 26 Januari 2017 Telon tidak bisa menelan, dan kondisinya semakin lemah. Respon ketika suami masuk kamar untuk memberi makan sudah tidak ada. Kepalanya sudah mulai bersandar di lantai tidak lagi tegak seperti biasa.
Jumat, 27 Januari 2017 langsung dibawa ke dokter hewan dan kami minta agar Telon diinfus agar tidak lemas. Karena ini sudah hari ke-8 sejak kematian Slewah, saya berharap Telon bisa survive karena akan melewati masa kritisnya.
Hari Jumat pulalah saya perjalanan pulang ke Madiun seperti biasa. Saya berangan-angan akan menjenguk Telon di dokter hewan begitu sampai Madiun. Saya ingin memberikan semangat kepada Telon untuk bisa sembuh sebagai generasi Jenggo.
Namun sayangnya, pada pukul 16.57 WIB saya mendapat sebuah sms dari klinik dimana Telon opname. Saat itu saya masih sampai di Kertosono, tinggal 1 jam sebelum saya sampai di Madiun. Dan sms itu mengabarkan bahwa Telon tidak bisa bertahan.


Telon...
Tingkah polahmu membuat kami tertawa
Ketika kamu dikalahkan oleh saudarmu
Tapi lari dan lompatanmu adalah juaranya
Kini kamu telah pergi
Selamat jalan Telon
Maafkan ayah, bunda dan kak Asllan ya

We luv u Telon...

No comments:

Post a Comment